Bahasa, Ragam Bahasa, dan Dialek-Kajian Sosiolinguistik
Konsep Dasar Ragam Bahasa dan Dialek
Anggapan orang Yunani terhadap bahasa
adalah bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seseorang baru dapat
berbahasa jika terdapat pikiran dan perasaan yang akan diungkapkan.
Pernyataan
tersebut tidaklah sepenuhnya benar karena bahasa juga dapat mempengaruhi
pikiran. Hal ini dapat dibuktikan dngan adanya filsuf aliran Sofis, telah
memanfaatkan bahasa sebagai cara untuk memperoleh keuntungan-keuntungan
(Widjojo & Noorsalim, 2004:201).
Pandangan Para Ahli Kebahasaan
Pandangan
baru dari linguistik struktural muncul degan tokoh Bloomfield, bahwa bahasa
merupakan sebuah sistem lambang berupa bunyi yang bersifat arbitrer yang
dipakai oleh masyarakat untuk saling berinteraksi.
Oleh karena bahasa itu
merupakan sebuah sistem maka bahasa mempunyai aturan yang saling bergantung dan
mengandung struktur unsur yang dapat dianalisis secara terpisah.Sedangkan
sosiolinguistik memandang bahasa sebagai tingkah laku sosial yang dipakai dalam
komunikasi. Hal ini disebabkan bahwa bahasa tidak dapat dilepaskan dari
masyarakat pemakai bahasa (Anwar, 1990:20).
Dialek merupakan bahasa
sekelompok masyarakat yang tinggal di suatu daerah tertentu. Jika perbedaan
dialek dalam sebuah bahasa ditentukan oleh letak geografis atau region
kelompoknya, maka disebut dialek regional. Hal ini senada dengan pendapat
Zulaeha (2010:15-16) bahwa penelitian dialek regional diperlukan informasi dan
pengetahuan yang berhubungan dengan geografis. Sedangkan dialek sosial,
ditentukan oleh jenis kelamin, umur, pekerjaan, status ekonomi, tingkat
pendidikan, politik, etnik, dan kasta. Selain mutual intelligible, ciri penting dialek adalah sejarah,
homogenitas, dan kesetiaan atau loyalitas.
Baca Juga : Hakikat Sosiolinguistik
Ragam Baku dan Tidak Baku
Konsep dasar Sosiolinguistik yang harus dipahami selanjutnya ialah ragam bahasa yang terdiri atas ragam baku, ragam baku dan tidak baku, ragam baku dan umum, serta diglosia dan ragam baku.Variasi ragam baku terdiri atas ragam baku tulis (mudah
diidentifikasi, relatif stabil, dan bervariasi bentuknya) dan ragam baku lisan
(sulit diidentifikasi, kurang stabil, tidak bervariasi bentuknya). Ciri ragam
baku diantaranya (1) bersifat pasti dan ajeg, (2) ragam baku berasal dari
dialek, (3) dipakai kalangan terpelajar atau ilmuwan, (4) memberi jaminan pada
pemakainya bahwa ajaran yang dipakai kelak dapat diahami masyarakat, lebih luas
dari dialek regional, dan (5) biasanya diajarkan pada orang lain yang bukan
penutur asli bahasa tersebut.
Perbedaan
ragam baku dan non baku terletak pada sudut kebahasaan yang meliputi tata
bunyi, tata bentukan, kosa kata, dan tata kalimat. Sedangkan ragam baku dan
umum dalam kehidupan masyarakat sama-sama diterima dan dipakai. Tidak selalu
yang baku itu tidak umum dan tidak selalu pula yang baku itu umum. Berikutnya ragam
baku yang terakhir ialah diglosia yaitu sejenis pembakuan bahasa yang khusus
dimana dua ragam bahasa berada berdampingan dan diberi fungsi sosial tertentu.
Kesimpuilannya, semakin tinggi tingkat diversitas kultural suatu masyarakat, maka akan semakin beragam ragam bahasa dan dialek yang ada pada tempat tersebut. Begitu juga sebaliknya.
Semoga artikel mengenai bahasa, ragam bahasa dan dialek ini dapat bermanfaat bagi pembaca semuanya. Terima kasih.
Daftar Rujukan
Anwar,
Khaidir. 1990. Fungsi dan Peranan Bahasa:
Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gadjah Mada Univesity Press.
Widjojo,
Muridan S & Noorsalim, Mashudi. 2004. Bahasa
NegaraVersus Bahasa Gerakan Mahasiswa. Jakarta: LIPI Press.
Zulaeha, Ida. 2010. Dialegtologi: Dialeg Geografi dan Dialeg Sosial.
Iya Gan, sama-sama. Senang bisa berbagi.
ReplyDelete