Indonesia Belum Merdeka-Dijajah Korupsi Di Negeri Sendiri
Apa
yang sesungguhnya menjadi masalah dari negeri ini? Kalau yang ditanyakan berupa
pertanyaan seperti itu, maka pasti jawabannya akan bermacam-macam. Tapi mengingat betapa besarnya wilayah negara
kita dan begitu banyak pula jumlah penduduknya, maka idealnya negara kita hanya
kalah dari Cina, India, dan Amerika? Tapi apa daya?
Sebelum
memasuki era 2000an, Indonesia dihantam oleh badai krisis yang menerpa segala
lini pertahanan ekonomi Indonesia. Mahasiswa merespon dengan mengadakan
demonstrasi yang banyak memakan korban jiwa dan terjadi penjarahan secara
besar-besaran. Pemerintah yang saat itu sedang dalam masa transisi menjadi
kelimpungan menanggulangi masalah yang lebih besar dari yang diperkirakan Wall Street. Dollar dengan gagah
menggagahi rupiah. Dalam hitungan hari, banyak penimbun deposito dalam wujud
dollar, ramai-ramai melikuidasi asetnya sendiri. Dunia saja kacau, apalagi Indonesia? Namun
bisa apa?
Sebelum
diciptakan jaringan komputer oleh ARPA, Indonesia adalah bangsa yang 'tahu
diri'. Momentum semangat proklamasi masih hangat dirasakan warga negara
Indonesia. Percobaan aneksasi dari bangsa asing hanya akan memperkuat persatuan
negara maritim ini. Setelah itu, internet datang. Tanpa menafikan manfaatnya
yang begitu besar, internet dapat
membuat jauh sesuatu yang sesungguhnya sangat dekat. Lagi-lagi tak
berdaya.
Di
sudut lain Indonesia, di suatu SD, seorang guru yang sudah berpengalaman selama
37 tahun sedang mengajar mapel PKN. Guru tersebut sedang menjelaskan tentang ketenggangrasaan
WNI. Semua murid tampak paham mengenai bab satu ini. Sampai seorang murid
ekspatriat berambut pirang mengacungkan jari tanda ia hendak bertanya.
Baca Juga : Korupsi Atau Sedekah
"Baik John, apa yang ingin kamu
tanyakan?"
Dengan logat yang agak kebarat-baratan, John
mengungkapkan pertanyaannya.
"Ibu,
saya ingin bertanya, mengapa kami memakai seragam merah putih?"
Sang guru tampak, lalu ia menjawab.
"Karena kita adalah warga negara
Indonesia, John."
John tampak belum puas dan ia menanggapi lagi.
"Tapi, kemarin saya melihat orang lain
yang lebih tinggi dari saya memakai baju bukan merah putih. Ada yang putih biru
dan ada yang putih abu-abu. Mengapa Bu?"
Pertanyaan tersebut ternyata membuat terkejut
seorang guru yang sudah berpengalaman selama 37 tahun. Guru tersebut mulai berkeringat
dingin dan menggaruk-garuk kepala. Suasana kelas yang hening menambah rasa
gugup guru itu. Betapa pengalaman selama 37 tahun akan hancur hanya oleh
pertanyaan seorang anak keturunan asing. Di saat bayangan buruk itu sudah
semakin menjadi nyata, sampailah pandangannya pada sebuah foto Soekarno di sudut kelas itu, lalu guru tersebut
menyimpulkan senyum.
"Mudah saja anakku, semua bisa seperti
itu karena Indonesia telah merdeka."
Memang seperti itu adanya. Banyak orang menggaungkan budaya anti-korupsi tapi kenyataannya makin banyak saja rasuah di negeri ini
ReplyDeletesependapat,,,
ReplyDeletetanpa guru,,di negara ini tidak akan bisa melahirkan sosok pemimpin di negeri ini,
tetapi lihatlah teman teman,,bagaimana cara bangsa ini menghargai pendidikan.
gaji guru notabene kalah jauh dengan artis alay yang merusak moral generasi bangsa