Apresiasi Puisi 'Penerimaan' Karya Chairil Anwar
Puisi Chairil Anwar tersebut mengangkat
tema cinta kasih antara pria dengan wanita. Tema puisi dapat diidentifikasi
melalui dua baris pertama yang berbunyi: Kalau
kau mau kuterima kau kembali—Dengan sepenuh hati.
Puisi tersebut berisi tentang tokoh
“aku” yang bersedia menerima mantan kekasihnya dengan sepenuh hati walau
bagaimanapun keadaan si wanita. “Aku” sangat setia dalam menjaga cintanya untuk
si wanita. “Aku” tidak mencari wanita lain setelah putus dengan pujaan hatinya
itu, “aku” hanya menunggu sang pujaan kembali. Dan tokoh “aku” pun
tidak ingin wanita itu rendah diri atas keadaannya kala ia hendak kembali,
wanita itu harus mau menemui dan berhadapan dengan tokoh “aku”. Namun dalam
menerima kekasihnya kembali, sebagai seorang pria, “aku” tak ingin cintanya
diambil orang lagi, “aku” juga tak ingin cinta kekasihnya terbagi dengan hati yang
lain. Dengan orang yang paling dekat dengannya, dengan orang yang menjadi
teladannya sekali pun, bahkan dengan gambarnya sendiri dia tak sudi untuk
berbagi.
Nada yang digunakan dalam puisi
tersebut berupa nada sunguh-sungguh (serius). Penyair melalui tokoh “aku”
benar-benar bersedia menerima kekasihnya kembali dengan keadaan yang sudah tak
perawan sekali pun karena ia sangat mencintai sang wanita. Selain itu, penyair
juga bersungguh-sungguh tak ingin jika cinta kekasihnya itu terbagi dengan
orang lain. Kesungguhannya itu tergambar jelas dalam dua baris terakhir puisi
yang berbunyi “Untukku sendiri
tapi—Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.”
Nada puisi erat kaitannya dengan
perasaan puisi. Perasaan puisi akan muncul ketika puisi itu dideklamasikan.
Selain itu, dapat pula dikenali melalui penggunaan ungkapan-ungkapan yang digunakan dalam puisi karena dalam
menciptakan puisi, suasana hati penyair juga ikut diekspresikan. Perasaan yang
tersimpan dalam baris-baris Penerimaan Chairil
Anwar itu ialah tegas. Penyair tidak ragu-ragu dalam menyikapi perasaan
cintanya. Ia tegaskan bahwa ia bersedia menerima si wanita dan ia tegas pula
menginginkan cinta wanita itu hanya untuknya.
Selanjutnya pembaca dapat mengambil
amanat dari puisi tersebut, yaitu sebagai seorang insan sebaiknya kita setia
dalam menjalin hubungan cinta dengan lawan jenis yang sudah kita yakini untuk
menjadi pendamping hidup (suami atau istri). Seperti halnya tokoh “aku” yang
setia pada pujaan hatinya.
Sementara dalam hal diksi atau pilihan
kata, puisi tersebut lebih banyak menggunakan kata-kata denotasi, namun ada
pula kata-kata yang bermakkna konotasi. Makna denotasi puisi diantaranya
terdapat pada baris Jika kau mau,
kuterima kau kembali; Aku masih tetap sendiri; Kutahu kau bukan yang dulu lagi;
Jangan tunduk!Tentang aku dengan berani; dan Untukku sendiri tapi. Sementara Makna konotasi puisi diantaranya
terdapat pada kata sepenuh hati yang
berarti sungguh-sungguh; kembang sari
sudah terbagi yang berarti seorang wanita yang sudah pernah menjadi milik
orang dan tidak perawan lagi; dan cermin yang
berarti sesuatu yang menjadi teladan.
Unsur intrinsik puisi yang lain ialah
imajinasi (citraan). Imajinasi (citraan) yang digunakan penyair dalam puisinya
berupa Imajinasi Visual yang diantaranya digambarkan dalam baris Jangan tunduk!(seolah kita dapat melihat
orang yang sedang tertunduk, kemudian dilarang menunduk oleh penyair); dan Sedang dengan cermin aku enggan berbagi (cermin
dapat diindera dengan mata). Selain
itu ada pula rima. Rima merupakan satu unsur penting pula untuk memperindah
bunyi yang dihasilkan puisi. Pada puisi Penerimaan
ini dilihat dari bunyinya termasuk rima sempurna karena seluruh suku akhir
sama bunnyinya.
Post a Comment for "Apresiasi Puisi 'Penerimaan' Karya Chairil Anwar"