Kumpulan Puisi Terbaru : Sekeping Harapan
Kumpulan Puisi Pendek-Puisi adalah perwujudan ide, gagasan maupun perspektif penulisnya dalam melihat kejadian eksternal maupun kejadian internal. Dalam artian, sering sekali seseorang menulis puisi karena tersentuh dan tergerak oleh rangsangan dari luar, semisal terorisme bom sarinah kemarin. Tapi, juga banyak penulis puisi yang menulis puisi berdasarkan pengalaman pribadi baik berupa puisi yang bertemakan sosial, lingkungan, remaja, cinta maupun ketuhanan. Alangkah baiknya, guna memperjelas penjelasan tersebut pembaca dapat melihat kumpulan puisi bunga kertas, kumpulan puisi gelas kaca, kumpulan puisi rintik kehidupan dan kumpulan puisi kontemporer. Puisi-puisi tersebut merupakan puisi yang memiliki variasi majas dan bertema menarik. Oleh karena itu, untuk memperkaya koleksi puisi yang ada, kali ini kami akan menerbitkan sebuah artikel kumpulan puisi berjudul Sekeping Harapan.
SEGALA
RUPA MENYAPA
Segala rupa menyapa
Merambat perlahan
merayu pasti
Beratus kata berpadu
suara
Merata sepadan
membawa maksud
Pikir menerawang
membias hampa
Tertuju pada satu
waktu
Beradu seru berlari
membentang badai
Merenda dilema dalam
rasa
Segala rupa menyapa
Merindu satu
belenggu
Terselubung lekuk
berderma rayu
Biarlah kenang merebah
kepaduan
Hanya ingin serupa
menerangi langkah
Kepada harap
bermedan rasa
Cukup hanya serupa
menyapa
SEKEPING HARAPAN
Berganti masa kini,
berubah seluruh sudah
Mananti tetap
dijalani, bait-bait harap bersemayam
Mendera relung jiwa,
mengapit daya upaya
Bersama rintih raga,
melayang hingga nirwana
Sesak berdiri sendiri, merayap menggerayangi sepi
Harap seakan tak
terbalas, menunggu hingga tak mau
Tegar perlahan
meranggas, lelah mulai berkecambah
Ketika tak mampu
menggapai, mengail pun tak sudi sudah
Tetap kokoh berdiri,
berkalang harap ingin berlabuh
Bantulah aku wahai
pemilik sejati, tak berdaya ku disini
Terperanjat halang
asa, meneriak ingin runtuh berguguran
Semakin melayang
angan jiwa, beradu padu khayalan semu
SEPASANG
BIDADARIKU
Rinduku
dalam buai timangmu
Rinduku
dengar kidung indahmu
Rinduku
rasa sentuhan hangat kasihmu
Rinduku
terjaga dalam belai lembutmu
Bidadariku
Bahagiaku
kini bersamamu
Teduhku
kini bersamamu
Damaiku
kini bersamamu
Setiaku
kini bersamamu
Bidadariku
Terlahir
dari rahim bidadari suci
Terhempas
dalam pelukan bidadari suci
Engkau
dan dia
Sepasang
bidadariku
Lengkapi
setiap langkahku
Dulu,
kini, dan nanti
Kesempurnaan
sejati
Anugerah
Tuhan Yang Maha Pengasih
Sepasang
bidadariku
Ku
muliakan mu, kau muliakan ku
Ajak
ku terbang bersama sepasang bidadariku
SUJUDNYA
Terbangun
ia dari peraduannya
Derai
air kesucian membasuh wajah dan tubuhnya
Untuk
kantuk yang menggantung segara ia lelehkan
Demi
kecintaannya kepara Rabbnya
Sebening
embun cahaya menyilaukan keningnya
Bersujud
di keheningan malam
Kala
sang surya pulas dengan tidurnya
Kokok
ayam tak mampu menerawang
Hingga
sang fajar menyingsingkan sinarnya
Dan
matahari dengan gagahnya bertengger di angkasa
Ia
tetap setia pada sujudnya
Kerinduan
kepada Junjungannya
Menggetarkan
seluruh sukma
Diam
tak bergeming
Hanya
getaran hati yang dirasa
Kantuk
dan lelah tak mampu merajai batin dan jiwanya
Butiran-butiran
tasbih mengagungkan nama-Nya
Kata
pertama yang diucap sebelum suara lain mendahului
Pijakkan
langkah pertamanya dalam rumah suci
Wujud
kecintaan kepada Sang Pemilik Semesta
TAK
ADA
Tak
ada kawan, tak ada lawan
Tak
ada air, tak ada api
Tak
ada dingin, tak ada panas
Tak
ada gelap, taka ada cahaya
Tak
ada sepi, tak ada ramai
Tak
ada sedih, tak ada bahagia
Tak
ada, tetap tak ada
Apa
pun
Bagaimana
pun
Dimana
pun
Kapan
pun
Siapa
pun
Tak
ada, tetap tak ada
Umpama
ada
Umpama
jadi
Umpama
bisa
Umpama
sudah
Tak
ada, tetap tak ada
Sampai
kapan pun
Tetap
tak ada
TERKULAI
KINI
Lepas sudah genggam bayang
Jauh relung mengandung tanya
Rajut sesal merengkuh harap
Batas langkah tak tertepi
Merindu alunan kata surgawi
Gema hati bertalun syahdu
Derap sukma kepalang melaju
Sayat cacat terpa sang raga
Duhai Kasih tetap mencinta
Urung meragu kesah sang kalbu
Tegak seraya sangga segala
Enggan meregang tinggalah kenang
Rejah diri berujung pilu
Seraya nestapa usap sang jiwa
Gapai diri kulah mengembang
Tinggalkan dera rajuk membisu
TIDURLAH,
JANGAN TAKUT
Tidurlah dalam
buaian malam
Bermimpilah
Tak ada yang tahu
itu
Rebahkanlah tubuhmu
di atas lincak bersulam
Jangan takut
Badai malam ini tak
akan mengusik tidurmu
Rasakan hangatnya
selimut tebal berlapis
Letakkanlah kepalamu
di atas bantal berbungkus kertas
Sandarkanlah lelahmu
dalam alunan sunyi
Usah kau usir kantuk
yang menghampiri
Tidurlah bersama
gelap kelam malam
Jangan takut
Gulita akan
melindungimu dari nyala menyilaukan
Bersemayam kedamaian
yang kan kau rasa
Belaian lembut siap
menimang hingga kau terlelap
Tidurlah, jangan
takut
oke terima kasih. Aamiin.
ReplyDelete