Masalah Pokok Retorika
Metode Retorika Klasik
Perkembangan retorika
modern ternyata masih mempertahankan banyak hal dari model retorika
klasik. Hal-hal yang sifatnya sangat fundamental dan krusial hingga kini masih
dipertahankan keutuhan konsepnya. Metode retorika klasik baik yang dikemukakan
oleh orang Yunani Kuno maupun retorika yang sudah dikembangkan oleh bangsa Romawi hingga
saat ini masih diwarisi secara turun temurun. Karenanya, metode retorika klasik
ini juga memperoleh sebutan sebagai metode retorika tradisional.
Dalam metode retorika klasik atau tradisional, seorang
orator harus menyampaikan ide atau pesan dalam pidatonya secara jelas dan
menarik. Topik yang dibicarakan haruslah koheren dengan kapasitas si pembicara,
jika tidak maka pembahasan dalam retorika yang dilakukan akan dianggap kurang
mendalam dan jelas. Selain itu, performansi seorang orator dalam retorika
dituntut untuk selalu menarik, baik itu penampilan fisik, gaya bicara,
penyampaian, hingga gestur tubuhnya. Namun, setiap orator dalam retorika pasti
mengalami tiga masalah pokok retorika, yaitu (a) seni retorika, (b) masalah
pidato, dan (c) situasi pemicu pidato.
Seni Retorika
Masalah pertama yang dialami adalah seni retorika. Seni
retorika sendiri sebenarnya terbagi menjadi lima partisi utama yang meliputi
tindakan-tindakan yang wajib dilakukan oleh orator. Pertama, Inventio atau Heuresis adalah penemuan atau persiapan terhadap materi-materi
dalam pidato. Orator harus secara cerdik mengumpulkan dan menganalisa materi
yang disukai oleh khalayak. Kedua, Disposito
atau taxis yaitu pengorganisasian
materi atau argumen dalam pidato. Ketiga, Elocutio
atau Lexis, ialah performansi dan
penggunaan bahasa yang sesuai yang meliputi komposisi langgam bahasa dan
kejelasan. Keempat, Memoria atau Mneme, adalah latihan yang dilakukan
guna menyiapkan suatu pidato. Kelima, Actio
atau Hyprokrisis, adalah
penyajian pidato.
Did You Know?
Antitesis, paralelisme, dan repetisi adalah majas yang sering digunakan oleh seorang orator. |
Masalah Pidato
Masalah kedua yang dihadapi oleh seorang orator adalah
masalah pidato. Masalah pidato terbagi menjadi lima subbagian. Pertama, Prom atau Exordium merupakan bagian awal sekaligus eksposisi dan introduksi yang
disampaikan secara sopan, singkat, dan jelas. Kedua, Narratio atau Diagesis merupakan
sebuah pernyataan mengenai topik pembicaraan. Ketiga, Agon atau Argumen merupakan
bagian yang khusus menyajikan fakta konkret dan bukti untuk mendukung suatu
masalah yang dibicarakan. Keempat, Refutatio
atau Lysis merupakan partisi yang menolak bukti empiris lain yang
berlawanan. Bagian ini difungsikan untuk mempertegas argumen yang telah
dibangun pada bagian sebelumnya. Sebagian pakar retorika menggabungkan antara Agon dan Refutatio, dan sebagian pakar lainnya memisahkan kedua bagian
tersebut karena memiliki fungsi yang berbeda dalam suatu pidato. Kelima, Peroratio atau Epilogos merupakan bagian terakhir dari masalah pidato yang berisi
suatu kesimpulan dari apa yang telah dikemukan sebelumnya.
Situasi Pidato
Masalah ketiga dan terakhir yang dihadapi oleh seorang
orator adalah situasi pemicu pidato. Yang dimaksud dengan situasi pemicu pidato
adalah seluruh faktor luar atau eksternal yang dapat mempengaruhi performansi
orator. Situasi pemicu pidato dapat berupa faktor fisik, yaitu teknis
penyusunan materi pidato, maupun faktor psikologis, yaitu berupa gangguan,
ancaman, dan dukungan yang diterima oleh seorang orator.
Post a Comment for "Masalah Pokok Retorika"