Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Buku Teks
Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013
Pendidikan
pada hakikatnya memiliki dua tujuan, yaitu menjadikan peserta didik pintar dan
cerdas, serta membantu peserta didik
menjadi orang yang berakhlak mulia. Muslich sebagaimana dikutip Mahbubi
(2012:37) menyatakan bahwa pendidikan bukan sarana transfer ilmu saja, namun
sebagai sarana proses pengkulturan dan penyaluran nilai (enkulturisasi dan
sosialisasi). Oleh karena itu, anak harus mendapatkan pendidikan yang menyentuh
dimensi dasar kemanusiaan. Hal ini mendukung bahwa pendidikan bukanlah tempat
mencari kepandain semata. Namun, selain ilmu dan kepandaian masih ada satu hal
yang sangat penting yang harus diperoleh bahkan diintegrasikan kedalam diri,yaitu
karakter.
Pendidikan
karakter bukan menjadi hal yang baru
lagi dalam pendidikan di Indonesia. Di sekolah telah diupayakan adanya
pendidikan karakter sejak masa awal kemerdekaan negara Indonesia. Hal ini
ditegaskan dan dituangkan dalam UU Pendidikan Nasional, yaitu UU No. 4/1950 jo
UU No. 12/1954, UU No. 2/1989 hingga UU No, 20/2003 (Mustaqim, 2011:2). Selain
membawa peserta didik menjadi orang yang berakhlak mulia, pendidikan karakter
juga diharapkan dapat menjadi
landasan dasar dan mengangkat martabat bangsa
Indonesia. Menurut Koesoema (2010:90-91) istilah karakter berasal dari Yunani (karasso) yang artinya format dasar. Ia
memandang terdapat dua makna karakter. Pertama, kumpulan kondisi yang telah ada
begitu saja. Karakter ini dipandang sebagai sesuatu yang telah ada (given). Kedua, tingkat kekuatan individu
mampu menguasai kondisi tersebut. Karakter ini disebut proses yang dikehendaki
(wiled).
Sekolah
merupakan tempat untuk mengolah peserta didik menjadi orang yang dapat
berkembang dan bermanfaat kelak. Disinilah pendidikan karakter dalam pembelajaran sangat
dibutuhkan oleh peserta didik. Namun, dilapangan masih banyak ditemukan para
siswa yang tawuran, melakukan hal yang tidak senohnoh, dan membolos sekolah.
Hal ini mencerminkan bahwa siswa tersebut belum memiliki akhlak mulia sesuai
dengan apa yang diharapkan dalam pendidikan karakter sehingga perlu adanya
upaya untuk meminimalisir kejadian yang tidak mencerminkan sikap positif
tersebut. Dalam hal ini, pendidik harus mencari cara mengembangkan keterampilan siswa.
Untuk
menindak lanjuti permasalahan yang terjadi, pendidik seharusnya dapat
memanfaatkan sarana dan prasarana yang telah disediakan oleh sekolah. Dengan sarana dan prasarana yang memadai diharapkan dapat menciptakan pembelajaran dengan umpan balik produktif. Dalam
pembelajaran mata pelajaran apapun, sarana yang sangat memungkinkan untuk membantu
pendidik dalam menanamkan pendidikan karakter bagi peserta didik yaitu melalui
pembelajaran cerpen yang ada dalam buku tek pelajaran Bahasa Indonesia.
Dari
pernyataan para pakar di atas maka dapat disimpulkan buku teks adalah buku yang
disusun oleh pakar bidang studi untuk digunakan sebagai sarana kegiatan belajar
mengajar di kelas yang sesuai dan serasi. Buku teks merupakan sarana penting
yang digunakan untuk menunjang proses kegiatan belajar mengajar di
sekolah-sekolah maupun di perguruan tinggi. Ada pun manfaat buku teks yakni sebagai
alat untuk meningkatkan perhatian dan motivasi belajar, mempermudah dalam
pembelajaran, memberikan variasi belajar, dan memberikan contoh yang konkret. Namun,
buku teks bukanlah satu-satunya sarana utama yang harus ada dalam kegiatan
belajar mengajar. Selain buku teks, guru juga dapat mencari sumber belajar atau
referensi lain yang sesui dengan materi yang akan diajarkanya. Walaupun
demikian, masih banyak sekali guru yang memilih buku teks sebagai acuan
pembelajaranya di kelas. Hal ini membuat isi dan kualitas buku teks harus
diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Jika isi dalam buku teks salah atau kurang
baik, maka hal itu akan berdampak langsung kepada peserta didik yang
diajarinya. Misalnya jika terjadi kesalahan pada materi, pemahaman siswa pun
juga akan salah terhadap materi yang diajarkanya itu. Oleh karena itu, jika
guru diberi kewenangan untuk memilih buku teks, maka guru harus memiliki bekal
yang cukup untuk menentukan kriteria buku yang berkualitas baik dan sesuai
dengan apa yang dibutuhkan peserta didik.
Hmm klo mikirin kurikulum 2013 sebenrnya bagus tujuannya apalagi menekankan pada pendidikan karakter. Tapi aplikasinya yg belum ada dan masih di wilayah perkotaan saja yg udah maksimal.
ReplyDeletesemoga kedepan lebih baik lagi. aamiin