Pilihan Bahasa : Campur Kode, Alih Kode, dan Variasi
Jenis Pilihan Bahasa
Berbagai
penelitian tentang bahasa telah dilakukan. Mulai dari meneliti hubungan bahasa dan jenis kelamin, keterkaitan etnik dan bahasanya, hubungan bahasa dan usia hingga pilihan bahasa dalam masyarakat. Berikut beberapa peneliti
yang telah melakukan penelitian tentang pilihan bahasa. (1) Greenfield dengan
ancangan sosiologi dan menggunakan analisis ranah. Hasil penelitian tersebut
menunjukan masyarakat yang diteliti cenderung menjadi diglosik. (2) Prasher
dengan ranah situasi, yaitu kekeluargaan, ketetanggaan, kekariban, transaksi,
pemerintahan, lapangan kerja, dan pendidikan. Dalam penelitianya, Prasher
menggunakan ancangan sosiologi. Dalam studi masalah sosial terdapat beberapa
kriteria yang sering digunakan untuk melakukan identifikasi awal guna
mengetahui apakah dalam suatu masyarakat terkandung fenomena yang disebut
masalah sosial ataukah tidak (Soetomo, 2010:34). (3) Dengan
memanfaatkan kajian psikologi sosial, Simon Herman mengungkap situasi psikologi
dwibahsawan, yaitu kebutuhan pribadi, situasi sosial saat pembicaraan
berlangsung, dan situasi yang melatar belakangi pembicaraan. (4) Giles dengan
ancangan psikologi sosial menghasikan teori akomodasi, yaitu tentang
konvergensi dan divergensi. (5) Susan Gal dengan ancangan antropologi
menggunakan metode prngamatan terlibat menemukan jati diri sosiolinguistik
terlihat kuat pada ekabahasawan. Hal ini dapat dilihat pada skala
implikasionalyang mengandung unsur penutur dengan umur, interlokuter, dan
penggunaan bahasa Hungaria dan Jerman. (6) Rubin dalam penelitianya menggunakan
ranah lokasi yang disajikan dalam bagan pohon keputusan. Hal tersebut ternyata memiliki pengaruh terhadap terjadinya campur kode, alih kode dan variasi bahasa.
Bagan pohon
keputusan merupakan salah satu teknik atau prediksi analisis pilihan bahasa.
Peneliti yang memanfaatkan bagan ini adalah Rubin (1968). Dalam penelitianya
menunjukan pertimbangan penentu pilihan bahasa dwibahasawan. Pertimbangan
tersebut didasarkan atas lokasi, derajat keformalan situasi, pertimbangan
keintiman, dan keseriusan wacana.
Pilihan bahasa
terjadi pada masyarakat aneka bahasa. Pilihan ini menjadi ada karena keragaman
bahasa akibat perbedaan budaya. Hal ini senada dengan pendapat Liliweri (2009:10)
yang menyatakan
bahwa proses komunikasi dalam budaya yang berbeda, fokus perhatiannya terletak
pada variasi langkah dan cara berkomunikasi yang dipilih oleh kelompok manusia.
Salah satunya adalah situasi diglosia. Dalam situasi ini setiap warga menjadi
dwibahasawan karena kemungkinan besar terdapat beberapa bahasa yang terlibat di
dalmnya. Oleh karena itulah, masyarakat menjadi terlibat dalam proses pemilihan
bahasa. Pilihan tersebut bergantung pada faktor partisipan, suasana, dan topik.
Dalam proses pemilihan tersebut, bahasa yang dipilih akan digunakan dan
berkembang, sedangkan bahasa yang tidak dipilih akan terpinggir dan mengalami
pergeseran bahsa hingga terjadi kepunahan bahasa. Hal ini senada dengan
pendapat Liliweri (2009:12) bahwa semakin besar derajat perbedaan
antar budaya maka semakin besar pula kehilangan peluang untuk merumuskan suatu
tingkat kepastian sebuah komunikasi yang efektif.
Jenis pilihan
bahasa ada tiga, yaitu (1) alih kode. Alih kode tersebut mengacu pada bahasa,
dialek, dan sosielek (ragam bahasa). Alih kode dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Diantaranya adalah lawan bicara, topik, dan suasana. (2) Campur kode,
hampir sama dengan inferensi dari bahasa satu ke bahasa yang lain. Unsur yang
diambil dalam campur kode ini berupa kata yang biasaya disebut gejala
peminjaman, dan berupa frasa atau kelompok kata. (3) Variasi dalam bahasa yang
sama yang sering dgunakan dalam fokus kajian sikap bahasa. Misalnya tentang
bentuk formal-informal, sor-singgih, ngoko-krama, dan unda usuk dalam bahasa yang
sama.
Daftar Rujukan
Post a Comment for "Pilihan Bahasa : Campur Kode, Alih Kode, dan Variasi"