Sosiolinguistik : Bahasa dan Usia
Hubungan Bahasa dan Usia
Bahasa merupakan suatu perangkat yang digunakan oleh penggunanya untuk berkomunikasi. Komunikasi yang dilakukan pun tak mengenal batasan umur atau usia penggunanya. Walaupun demikian, pengguna bahasa yang masih muda harus tetap memperhatikan norma kesantunan apabila berbicara dengan yang lebih tua. Artikel Kami akan menerbitkan sebuah artikel setelah sebelumnya telah menerbitkan artikel berjudul Hubungan Bahasa dan Jenis Kelamin dan Hubungan Bahasa dan Etnik , kali ini akan dibahas mengenai hubungan bahasa dan usia dalam kajian sosiolinguistik.
Penelitian di Indonesia
menunjukkan bahwa kebanyakan orang meributkan bagaimana orang bersikap terhadap
bahasa bukan bagaimana menyikapi bahasa. Hal ini dapat dilihat dari artikel
yang ditulis Yahya (1978) dan Sugiarto (1985) yang sama-sama berisi penganjuran
BI. dimulai dari keluarga dan wawasan kebahasaan generasi muda.
Penelitian-penelitian yang ada di Indonesia juga menunjukkan hal yang serupa.
Hal ini dapat dilihat dari penelitian Aruan (1986) yang menunjukkan sikap
generasi muda kurang positif terhadap bahasa, Yahya B.L (1976) menunjukkan sikap
positif terhadap bahasa Indonesia dipengaruhi usia. Begitu pula penelitian yang
dilakukan Yenny (1988) menunjukkan sikap positif terhadap bahasa Jawa
dipengaruhi usia.
Baca Juga : Hakikat Sosiolinguistik
Baca Juga : Hakikat Sosiolinguistik
Usia dapat mengelompokkan
masyarakat menjadi beberapa kelompok. Diantaranya ialah kelompok anak-anak,
remaja, dan dewasa. Kelompok usia tersebut merupakan faktor pendorong timbulnya
dialek sosial dengan warna sendiri. Maksudnya ialah kelompok remaja memiliki
ragam bahasa yang berbeda dengan bahasa yang digunakan anak-anak maupun orang
dewasa. Hal ini senada dengan pendapat Wijana
(2010:2) yang menyatakan bahwa remaja sebagai
suatu kelompok berbeda dengan kelompok lainnya, seperti kelompok anak maupun
orang tua (dewasa). Berikut akan diuraikan ragam tutur yang dibedakan
berdasarkan jenjang usia atau kelompok usia.
Tutur anak dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu tutur anak pada masa awal perkembangan dan pada masa usia
sekolah dasar. Tutur anak bersifat sementara karena setelah menginjak usia
remaja ia akan meninggalkan bahasanya tersebut dan berganti dengan bahasanya
yang baru, yaitu bahasa remaja. Ciri tutur anak pada masa awal perkembangan
yaitu (1) terjadinya penyusutan atau reduksi, yaitu penghilangan fungtor atau
kata tugas seperti: kata depan, kata sambung, dan partikel. (2) Mempertahankan
kata-kata, yaitu kata yang tergolong kontentif atau kata penuh. kata kontetif
merupakan kata yang memiliki arti walaupun berdiri sendiri. Dengan
menghilangkan fungtor dan mempertahankan kontentif inilah tutur anak menjadi
teratur dan sistematis, sehingga bahasa mereka dapat dimengerti orang dewasa.
(3) Ciri universal ditinjau dari segi fonologi. Pada masa perkembangan, anak
lebih banyak mengucapkan bunyi bilabial karena bunyi bilabial mudah diucapkan.
Sedangkan tutur anak pada masa usia SD bersifat inovatif. Ketika SD anak mulai
menjadi masyarakat bilingual sebagai akibat kontak bahasa dan budaya. Dalam hal
ini dapat terjadi peristiwa inferensi, yaitu terbawa masuknya unsur bahasa lain
ke dalam bahasa yang sedang digunakan seshingga tampak adanya penyimpangan (Chaer,
2012:66). Mereka cenderung menyimpang dalam
bertutur karena mereka masih dalam tahap belajar mengembangkan bahasanya (bersifat
developmental). Hal ini senada dengan pendapat Djaali
(2007:52) yang
menyatakan bahwa pada mulanya anak kurang terlatih dan terkontrol ketika
memasuki alam manusia yang aktif, namun lama-lama menjadi terkontrol dalam hal
penggunaan kata-kata yang lebih ramah dan bersahabat. Tutur remaja berbeda
dengan tutur anak. Remaja cenderung menciptakan bahasa rahasia, sehingga bahasa
mereka kreatif. Hal ini karena didorong faktor ingin membentuk kelompok
eksklusif. Bahasa yang digunakan remaja dapat dibedakan menjadi lima.
Diantaranya (1) penyisipan konsonan v+vokal,
(2) penggantian suku akhir dengan –sye,
(3) membalik fonem-fonem dalam kata, (4) variasi dari model tiga, dan (5)
bahasa prokem. Sedangkan tutur orang dewasa juga terjadi penyusutan (reduksi)
yang biasa disebut dengan bahasa telegrafis. Penyusutan ini karena alasan
ekonomis dan kepraktisan. Hal ini dapat dilihat pada pengiriman telegram, ragam
non baku, dan pijin. Pijin tidak memiliki penutur asli karena merupakan
kebutuhan sesaat. Jika memiliki penutur asli, maka namanya tidak lagi pijin
tetapi kreol.
DAFTAR RUJUKAN
wah keren nih gan infonya trims udah share
ReplyDeletekeren nih artikelnya gan :) makasih udah mau berbagi :)
ReplyDeletevisit : http://joe-ngeblog.blogspot.com/
analisisnya mantab mas...
ReplyDeleteberarti seiring dengan perkembangan usia, bahasa jg ikut berkembang ya.
ini dipengaruhi lingkungan dan pendidik...
postingnya bermanfaat
makasih infonya