Pengertian Semiotika Menurut Para Ahli
Semiotik merupakan salah satu pendekatan untuk mengkaji karya sastra, muncul sejak perhatian pakar susastra memfokuskan diri pada pada hubungan antara tanda dan petanda dalam memahami makna melalui proses panjang sebagai kelanjutan dari pendekatan-pendekatan sebelumnya (Santosa, 1993:1). Teeuw (1982) dalam Santosa (1993:1) mengatakan, untuk mengatasi terjadinya kesalahpahaman komunikasi dalam memaknai sebuah karya sastra, maka diciptakannya sebuah pen-dekatan semiotika. Dasar dari pengkajian pen-dekatan semiotik ini adalah tanda sebagai tindak komunikasi. Berdasarkan dari pengertian tersebut maka setiap tanda yang terdapat dalam karya sastra baik mengenai penanda maupun petandanya selama masih memungkinkan terjadinya komunikasi dapat disebut kajian semiotik.
Bermula
dari bahasa sebagai sistem tanda, maka karya sastra yang menggunakan media
bahasa merupakan sebuah sistem tanda. Dalam mengekspresikan
idenya menggunakan bahasa, tentu pengarang harus memanfaatkan semiotika dalam
karya sastranya. Kaum formalisme Rusia berpendirian bahwa terdapat hubungan
antara perkembangan karya sastra dan sikap pembaca terhadap karya sastra itu
sendiri. Dalam hal ini nilai karya sastra terus-menerus berubah sehingga sulit
untuk menetapkan sebuah batasan tentang pengertian sastra itu sendiri (Santosa,
1993:1).
Secara
garis besar pendekatan semiotik memandang karya sastra sebagai sistem tan-da.
Pendekatan semiotika berfungsi untuk mengkaji karya sastra yang tidak pernah
terlepas dari tanda (sign), lambang (symbol), dan isyarat (signal). Dalam proses komunikasi, signal memiliki dua fungsi. Pertama, signal atau tanda menjadi paparan pengirim pesan atau sender. Kedua, tanda juga
menjadi tum puan dalam penerimaan dan upaya pemahaman pesan.
Ruang
Lingkup
Adapun
pusat perhatian semiotik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda (sign). Sebagai ilmu
tanda, semiotik secara sistematik mempelajari tanda-tanda dan lambang. Dalam hal ini sebuah sistem tanda
da-pat digunakan sebagai pendekatan untuk mengkaji karya sastra. Pendekatan
semiotik dalam mengkaji karya satra tidak dapat ter-lepas dari unsur-unsur
pokok berupa tanda (sign), lambang (symbol), dan isyarat (signal). Menurut Santosa (1993:4), pemahaman masalah lambang akan mencakup
masalah pe-nanda (signifer, signans,
signifant) dan pertanda (signified,
signatum, signifie).Pendekatan
semiotik merupakan pendekatan yang
memandang karya sastra seba-gai sistem tanda karena manusia selalu bera-da dalam proses semiosis, yaitu
memahami sesuatu yang ada di sekitar sebagai sistem tanda.
Bahasa dan sastra merupakan sistem tanda. Bahasa sebagai
sistem tanda tingkat pertama dan sastra merupakan sistem tanda tingkat kedua.
Metode Pembelajaran
Jenis-Jenis Wacana Menurut Para Ahli
Proses Pembentukan Pengetahuan dan Kreativitas
Kajian pendekatan semiotika dalam karya sastra dapat
dianalisis dan dipilah-pilah antara lain: penjelasan tentang pengertian semiotika, penjabaran konsep dasar pendekatan semiotik,
pengenalan tokoh-tokoh dalam semiotika penjelasan tentang ragam pendekatan
semiotika, dan contoh aplikasi pendekatan se-miotika terhadap karya sastra.
Tujuan
1. Menjelaskan pengertian
tentang semiotik.
2. Menjabarkan konsep dasar
pendekatan semiotik.
3. Tokoh-tokoh dalam semiotika.
4. Mengetahui ragam pendekatan
semiotik.
5. Mamaparkan contoh aplikasi
pendekatan semiotik terhadap karya sastra.
Pengertian Pendekatan Semiotik
Sastra merupakan
karya (ciptaan) ma-nusia (sastrawan) yang mencoba memahami dan menggambarkan
kembali realitas yang terjadi dalam masyarakat, diekspresikan me-lalui media
bahasa. Sastra merupakan ins-titusi sosial, dokumen sosial yang mencatat kenyataan
sosial budaya suatu masyarakat pada masa tertentu, sarana memahami realitas sosial,
cermin realitas, model kehidupan.
Sebuah karya sastra
tidak dapat terlepas dari unsur-unsur yang membangunnya baik itu insur
intrinsik maupun unsur ekstrinsik yang kedua unsur tersebut tidak dapat dipisahkan
dan saling mendukung satu sama lain. Seiring berjalannya waktu ragam sastra
sangat banyak dan berkembang secara dinamis. Kondisi-kondisi perkembangan tersebut
memerlukan cara pemahaman yang berbeda-beda. Kesulitan dalam memahami gejala
sastra memicu para ilmuwan untuk menemukan berbagai cara sebagai pendekatan
yang baru. Dengan kata lain, gejala sastra memunculkan hadirnya sejumlah
masalah baru yang menarik dan perlu dipecahkan.
Berbagai macam
pendekatan pengkajian sastra mulai digunakan untuk mengkaji se-cara keseluruhan
suatu karya sastra untuk le-bih mengetahui secara mendalam setiap unsur yang terkandung
dalam sebuah karya sas-tra. Pendekatan-pendekatan itu antara lain: pendekatan
mimetik, pendekatan ekspresif, pendekatan pragmatik, pendekatan objektif,
pendekatan struktural, pendekatan semiotik, pendekatan sosiologi sastra,
pendekatan resepsi sastra, pendekatan psikologi sastra, pen-dekatan moral,
pendekatan feminisme. Setiap pendekatan mengkaji karya sastra dengan su-dut
pandang yang berbeda antara satu dengan yang lain. Setiap pendekatan memiliki
fungsi masing-masing dalam mengkaji suatu karya sastra.
Selain pendekatan
pengkajian karya sastra terdapat analisis struktural yang merupakan sebuah kajian
tentang struktur karya sastra yang mengkaji setiap unsur yang membangun sebuah
karya sastra. Setiap melakukan penelitian karya sastra harus melakukan analisis
struktural dalam mengkajinya, meskipun menggunakan pendekatan yang lain, analisis
struktural merupakan tolak ukur dalam pengkajian karya sastra.
Di dalam analisis
struktural terdapat pendekatan semiotik yang merupakan sebuah kajian
dalam karya sastra yang mengkaji tentang unsur-unsur tanda dalam karya sastra.
Pendekatan semiotika memandang bahwa se-buah karya sastra adalah kumpulan
tanda-tanda yang dapat diinterpretasikan sesuai de-ngan konteksnya. Relasi
struktural-semiotik adalah sebuah kajian tentang hubungan antar unsur yang ada
dalam analisis struktural dan semiotik. Struktur-struktur tersebut akan
me-miliki makna apabila dikaitkan satu sama lain.
Kamus besar bahasa indonesia (Pusat
Bahasa, 2010), menyebutkan bahwa semotik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sistem
tanda dan lambang dalam kehi-dupan manusia sedangkan semiotika adalah ilmu atau
teori tentang lambang dan tanda. Secara
etimologis, istilah semiotik berasal
dari bahasa Yunani semion yang
berarti “tanda”. Secara terminologis, semiotik dapat dapat didefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peris-tiwa,
seluruh seliduh kebudayaan sebagai tan-da (Eco, 1979) dalam (Sobur, 2001:95).
Semiotik sebagai
suatu model dari ilmu pengetahuan sosial memahami dunia sebagai sistem hubungan
yang memiliki unit dasar yang disebut dengan ‘tanda’. Dengan demikian semiotik
mempelajari hakikat tentang kebe-radaan suatu tanda (Gottdiener, 1995) dalam
(Sobur, 2001:87).
Beberapa pakar
susastra telah mencoba mendefinisikan semiotik yang berkaitan de-ngan bidang
disiplin ilmunya. Dalam konteks susastra (Teuw, 1982) dalam (Sobur, 2001:96;
Santosa, 1993:3) memberi batasan semiotik a-dalah tanda sebagai tindak komunikasi.
Dua tahun berikutnya pendapat Teeuw itu lebih di-sempurnakan dan khusus kajian
sastra, “semiotika adalah model sastra yang mempertanggungjawabkan semua faktor
dan aspek hakiki untuk memahami gejala susastra seba-gai alat komunikasi yang
khas di dalam ma-syarakat mana pun juga.”
Aart van Zoest dalam
(Santosa, 1993:3) mendefinisikan,
semiotika adalah studi ten-tang tanda dan segala yang berhubungan de-ngannya:
cara berfungsinya, hubungan de-ngan tanda-tanda lain, pengirimannya, dan penerimaannya
oleh mereka yang mempergu-nakannya. Secara khusus semiotika dibagi a-tas tiga
bagian utama, yaitu (1) sintaksis semiotik,
studi tentang tanda yang berpusat pada penggolongannya, pada hubungannya
dengan tanda-tanda lain, dan pada caranya bekerja sama menjalankan fungsinya;
(2) semantik se-miotik, studi yang
mononjolkan hubungan tan-da-tanda dengan acuannya dan dengan intepretasi yang
dihasilkannya; dan (3) prakmatik
semiotik, studi tentang tanda yang mementingkan hubungan antar tanda dengan
pengirim dan penerima.
Secara garis besar
pendekatan semiotik merupakan pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sistem
tanda karena manu-sia
selalu berada dalam proses semiosis, yaitu memahami sesuatu yang ada di sekitar
seba-gai sistem tanda.
Bahasa dan sastra meru-pakan sistem tanda. Bahasa sebagai sistem tanda
tingkat pertama dan sastra merupakan sistem tanda tingkat kedua. Tanda
terdiri dari dua
aspek, yaitu: penanda merupakan hal yang
menandai sesuatu
dan pertanda yang
di-acu atau dituju oleh tanda tertentu.
Bahasa merupakan sistem
semiotik tingkat pertama sebagai penandanya adalah kata dan petandanya adalah
makna dalam arti normatif. Contohnya, kata kursi bermakna sebagai tempat duduk.
Sastra merupakan sistem semiotika
tingkat kedua.
Penandanya adalah
bahasa dan unsur struktural sedangkan petandanya adalah makna yang
ditentukan oleh konvensi sastra.
Daftar Rujukan
Departemen
Pendidikan Nasional. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (online),
Santosa,
Puji.1993. Ancangan Semiotika Dan
Pengkajian Susastra. Bandung: Angkasa.
Sobur,
Alex. 2001. Analisis Teks Media.
Bandung: Rosda.
__________
2003. Semiotika Komunikasa. Bandung:
Rosda.
Universitas
Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas
Negeri Malang (UM press).
Post a Comment for "Pengertian Semiotika Menurut Para Ahli"