Analisis Cerpen Pembalasan Dendam Karya Nugroho Notosusanto
Cerpen adalah hasil karya sastra dari kehidupan
sehari-hari yang disusun dengan beberapa kalimat yang membentuk suatu cerita
yang pendek.Cerita pendek bisa diperoleh dari kejadian kehidupan sehari-hari,
pengalaman pribadi, atau bisa dari imajinasi pengarang, kadang kala, cerpen
dapat diperoleh dari gabungan pengalaman dan imajinasi pengarang.
Cerpen tidak bisa terlepas dari unsur kebahasaan.
Biasanya, cerpen yang baik dan mudah
dipahami adalah cerpen yang didalamnya banyak berisi kalimat tanya jawab secara
langsung. Kedudukan latar cerita dalam karya sastra fiksi akan membantu.
Dalam memahami karya sastra secara objektif, tentunya tidak terlepas dari unsur pembaca. Pembaca tentunya
membutuhkan cara untuk memahami teori ini. Dalam teori ini, terdapat pula
pendekatan dan penilaian secara objektif yang dapat dinilai pembaca.
Dalam karya sastra cerpen, struktur tidak hanya
hadir melalui kata dan bahasa, tetapi juga bisa dikaji berdasarkan unsur-unsur
pembentuknya seperti tema, plot, setting yang meliputi tempat, waktu, dan
suasana. Untuk mengetahui keseluruhan makna, maka unsur-unsur tersebut harus
dihubungkan satu sama lain.
Kumpulan cerpen pembalasan dendam berisi
enam cerita pendek yang semuanya menceritakan masa perjuangan menghadapi agresi Belanda. Buku ini cukup memberi
gambaran tentang berbagai segi pengalaman manusia yang mengandung
ketegangan, penderitaan, pendambaan, dan sesalan yang sering terjadi dalam
peperangan. Dari sini tampak bahwa Nugroho mempunyai bakat observasi yang tajam.
Cerpen
ini menceritakan tentang dua pemuda kembar yang selalu berjuang bersama-sama
melawan tentara belanda. Mereka bersama Jon dan Con. Suatu hari Jon dan Con
bersama tentara GRI yang lain sedang mengintai markas musuh. Jon maju lebih
dulu sementara yang lain disuruhnya menunggu dibalik bukit meskipun pada
mulanya kembaran Jon yaitu Con bersikeras ingin ikut bersamanya. Setelah lama menunggu
terdengar suara tembakan dari arah dimana Jon ada disana. Con terlihat panik
dan segera menyusul kembarannya ke dekat markas musuh. Tetapi mereka terlambat
karena Jon telah ditusuk oleh salah satu tentara belanda. Con marah, dia
bersama kawannya berhasil membunuh semua tentara belanda kecuali satu orang
yang mengangkat kedua tangannya. Con melampiaskan kemarahannya kepada tentara
tersebut. Ia hampir membunuhnya, tetapi, salah satu kawannya yaitu Nug berhasil
mencegahnya. Con, Nug, bersama tawanannya berniat kembali ke markas tetapi di
tengah jalan mereka dicegat oleh Jayeng Bledeg pemimpin gerombolan yang sama kejamnya
dengan tentara belanda. Con dan Nug merasa kasihan pada tentara belanda
tersebut dan mereka berhasil membawa kabur ke markas mereka di terugvulbasis.
Cerpen pembalasan
dendam karya Nugroho Noto Susanto ini belum pernah dianalisis menggunakan
pendekatan objektif. Maka dari itu, saya mencoba
mengupas habis cerpen ini karena cerpen ini mudah menganalisis unsur intrinsiknya. Karya sastra pembalasan dendam di dalamnya terdapat
nilai-nilai yang amat bermanfaat bagi tentara jaman sekarang agar waspada pada
saat berperang. Untuk mendalami nilai intrinsik dan ekstrinsik, diperlukan
suatu kajian apresiasi dengan cara menganalisisnya.Dalam cerpen pembalasan
dendam ini, banyak pesan moral yang bisa kita petik dari kejadian ini.Dalam
cerpen ini, bahasa yang digunakan komunikatif, dan mudah dimengerti walaupun
ada bahasa kasar dan asing dalam cerpen ini. Penghargaan yang diterima Nugroho
Notosusanto ada 5. Salah satunya adalah pelopor dan tokoh sastrawan “Pujangga
Baru”.Oleh karena itu, saya memilih cerpen ini karena saya ingin mengetahui
bagaimana pelopor membuat karya sastra yang bermutu.Nugroho Notosusanto juga
pernah menjadi editor. Oleh karenanya, saya
ingin membaca karya sastra yang gaya tulisannya objektif.
Hal ini mengacu pada syarat-syarat pendekatan objektif yang meliputi tema, alur, latar, tokoh, gaya bahasa/sudut pandang, dan unsur ekstrinsik yang berisi faktor-faktor yang
memperngaruhi proses lahirnya suatu harya sastra.Oleh sebab itu, pendekatan
objektif cocok digunakan untuk menganalisis cerpen pembalasan dendam.
Ruang Lingkup
Karya sastra
ini menelaah cerpen pembalasan dendam karya Nugroho
Notosusanto menggunakan pendekatan objektif. Aspek yang dibahasa meliputi pendekatan objektif (struktural) antara
lain: (a) teori pendekatan objektif, (b) ciri-ciri pendekatan objektif, (c)
pengertian unsur intrinsik cerpen,dan (d) unsur intrinsik cerpen Pembalasan
dendam.
Tujuan
Dalam
penulisan karya tulis ini, akan dapat menjelaskan (a)pendekatan objektif,(b) unsur intrinsik pendekatan objektif/struktural
yang memandang karya sastra sebagai sesuatu yang berdiri sendiri (otonom), (c)
menilai karya sastra berdasarkan keharmonisan unsur-unsurnya, dan (d)
mengetahui struktur teks Pembalasan dendam.
Pendekatan Objektif
Pendekatan objektif (pendekatan struktural) adalah
pendekatan yang mendasarkan pada suatu
karya sastra secara keseluruhan, dan memandang karya sastra adalah sesuatu yang
berdiri sendiri. Adiel (2009:3) mengatakan teori objektif merupakan teori
sastra yang memandang karya sastra sebagai dunia otonom, sebuah dunia yang
dapat melepaskan diri dari siapa pengarangnya, dan lingkungan sosial budayanya.
Selden (1989: 52) mengatakan pendekatan
objektif yaitu pendekatan yang menitikberatkan pada karya sastra itu sendiri,
pendekatan ini beranggapan karya sastra sebagai sesuatu yang otonom, karya
sastra dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang bulat dengan unsure-unsur pembangunnya.
Semi (1993:67) dalam Ika 2011 mengatakan bahwa pendekatan objektif adalah
pendekatan yang member perhatian penuh pada karya sastra sebagai struktur yang
otonom, karena itu tulisan ini mengarah pada analisi karya sastra secara
struktura
lisme.
Baca Juga :
Pengertian Penokohan dan Tokoh
Cara dan Tujuan Prosa Fiksi
Kumpulan Cerpen Keputusan dan Kepastian
Pedoman Kajian Pustaka
Cerpen Remaja : Curahan Hati Sang Penguasa
Ciri-Ciri Pendekatan Objektif
Menurut Selden (1989:63), ciri-ciri yang terdapat dalam
teori objektif adalah: (1) memandang karya sastra sebagai
sesuatu yang berdiri sendiri (otonom), (2) Menghubungkan konsep-konsep
kebahasaan (linguistik) dalam mengkaji suatu karya sastra. Pendekatan
yang dilihat dari eksistensi sastra itu sendiri berdasarkan konvensi sastra
yang berlaku.Kesepakatan bahwa pendekatan objektif sesuatu yang berdiri sendiri secara otonom,
maksud eksistensi disini adalah menonjolnya unsur intrinsik seperti tema, alur/plot,
amanat, sudut pandang, dll yang ada dalam teks sastra.
Penilaian yang diberikan
dilihat dari sejauh mana kekuatan atau nilai karyasastra tersebut berdasarkan
kaharmonisan semua unsur-unsur pembentuknya.Unsur ini berhubungan dengan teks
sastra yang dikaji.Struktur tidak hanya hadir melalui kata dan bahasa,
melainkan dapat dikaji berdasarkan unsur-unsur pembentuknya seperti tema, plot,
karakter, setting, point of view.
Untuk
mengetahui keseluruhan makna dalam karya sastra, maka unsur-unsur pembentuknya
harus dihubungkan satu sama lain. Antara unsur tema dengan plot, latar/setting dll saling
berhubungan atau berkaitan. Dalam hal ini., antara unsure pembangun dengan teks
singkron dan tidak rancu.
Unsur Intrinsik Cerpen
a. Tema adalah ide pokok sebuah
cerita, yang diyakini dan dijadikan sumber cerita; sumber gagasan/ide
cerita/gagasan pokok.
b. Latar/setting adalah tempat,
waktu, suasana yang terdapat dalam cerita. Sebuah cerita harus jelas dimana
berlangsungnya, kapan terjadi dan suasana sertakeadaan ketika cerita
berlangsung.
c. Alur/plot adalah susunan
peristiwa atau kejadian yang membentuk sebuahcerita. Alur meliputi beberapa
tahap antara lain sebagai berikut.
o
Pengantar: bagian cerita berupa lukisan , waktu, tempat atau
kejadian yangmerupakan awal cerita.
o
Penampilan masalah: bagian yang menceritakan maslah yang dihadapi
pelakucerita.
o
Puncak ketegangan/klimaks: masalah dalam cerita sudah
sangat gawat,konflik telah memuncak.
o
Ketegangan menurun/antiklimaks: masalah telah berangsur-angsur
dapatdiatasi dan kekhawatiran mulai hilang.
o
Penyelesaian/resolusi: masalah telah dapat diatasi atau
diselesaikan.
Alur ada tiga
macam, yaitu :
a.
Alur maju
b.
Alur mundur
c.
Alur gabung
d. Perwatakan : Menggambarkan watak atau karakter seseorang
tokoh yang dapat dilihat dari tiga segi, yaitu melalui dialog tokoh. Tokoh: Pelaku dalam cerita
1. Protagonis ( Tokoh utama)
2. Antagonis ( Tokoh penentang)
3.
Tritagonis ( Tokoh ketiga)
e. Sudut pandang: Tempat/titik dari
mana seseorang melihat objek karangan
1. Pengarang menggunakan sudut pandang
took dan kata ganti orang perma,mengisahkan apa yang terjadi dengan dirinya dan
mengungkapkan perasaanyasendiri dengan kata-katanya sendiri.
2. Pengarang mengunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih banyak
mengamati dari luar daripada terlihat di dalam cerita pengarang biasanya
menggunakan kata ganti orang ketiga.
3. Pengarang menggunakan sudut
pandang impersonal, ia sama sekali berdiri di luar cerita, ia serba melihat,
serba mendengar, serba tahu. Ia melihat sampai ke dalam pikiran tokoh dan mampu
mengisahkan rahasia batin yang paling dalam dari tokoh.
f. Nilai (amanat): pesan
atau nasihat yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita.
Unsur Intrinsik Cerpen Pembalasan dendam
Tema menggambarkan
topik keseluruhan dari cerita rekaan. Demikian pula, dengan cerpen Pembalasan dendam karya
Nugroho Notosusanto. Cerpen tersebut mengangkat tema perjuangan dan
kemanusiaan.
“Sten-nya lebih berharga daripada
Karabijn untuk beginian.”
“Ya, tapi toh kuantitatif kita kalah,
kecuali….”
Ketika itu Belanda itu meraung-raung
seperti kerbau disembelih.
Anak buah Jayeng memukulinya sambil
berteriak-teriak,
“. Rakyat bersorak-sorak gembira.
“Pak Jayeng, kami bukan abdi Jayeng,
juga bukan abdi siapapun juga. Belanda itu kami yang punya.
“Angkat tangan semua!” teriak Con sambil
menodongkan stengunnya kepada Jayeng. Tidak ada yang melawan.
Kami selamat ke terugvalbasis.
Belanda itu bisa kembali pada ibunya.
Tema perjuangan dan kemanusiaan. Hal itu juga bisa dibuktikan ketika Con menghentikan
penganiayaan yang dilakukan Jayeng terhadap Belanda.
“ Aku mau turun ke kampung di bawah itu”
“Lima belas menit. Seperempat jam aku tak kembali regu
menyusul”
Cerpen ini beralur
maju. Hal ini bisa dibuktikan pada saat Con menyusun strategi melawan Belanda. Gaya
bahasa yang digunakan dalam cerpen Pembalasan dendam adalah bahasa sehari-hari komunikatif. Akan tetapi, bahasa
tersebut cenderung kasar dan menggunakan bahasa asing. Pernyataan tersebut
dapat dilihat dalam kutipan berikut ini.
“ babi bule ini aku mampuskan”
“ semua nonsense!”
“aku mengumpet di
dekat situ.”
Gaya bahasa dalam
cerpen ini berbahasa sehari-hari, komunikatif, tetapi kasar dan bahasa asing.
Hal ini terlihat ketika Con marah-marah dan tidak percaya dengan omongan
Belanda. Jon bersembunyi di suatu tempat.Latar suasana dalam cerpen Pembalasan
dendam, yaitu menegangkan, sedih,
mengharukan, menekan.
“Dia putra tunggal, katanya tadi
waktu kau tanyai rupa-rupa, lainnya perempuan-perempuan. Ibunya akan menantinya
dengan sia-sia. Seperti ibu menanti kedatangan Jon dengan sia-sia”. Ia
memandang tegang pada Belanda yang terikat pada pohon kelapa itu. Ia akan mati
konyol, dan mayatnya akan dibuang ke kali jadi makanan buaya. Bagaimanapun juga
ia manusia, Nug.Dagingnya buat buaya itu sama enaknya dengan daging kita. Bahwa
kita berjuang, melawan mereka, adalah suatu keharusan. Ini adalah “ to be or not to be”, bagi kita.
Suasana dalam
cerpen ini menegangkan. Hal ini bisa dilihat pada saat Jon ditusuk tentara
Belanda. Selain itu, cerpen ini memiliki suasana yang sedih. Hal ini bisa
dilihat pada kutipan berikut.
“Mau apa mereka?” bisik Con.
“Belanda itu mau ditusuk dengan bambu runcing.”
Con terdiam. Pikiranku kacau, sukar untuk mengatur. Bambu
itu sudah mulai kelihatan lancip. Rakyat banyak datang melihat. Pada wajah
mereka tak ada kulihat kasihan. Mereka butuh sensasi. Mereka sendiri kerap kali
memukuli orang sampai mati. Atau membacoknya. Meskipun orang itu hanya maling
ketela. Jaman telah membuat mereka kejam.
“Bagaimana aku harus mengatakan pada ibu, bahwa Jon mati?”
kata Con sambil menutupi mukanya dengan kedua belah tangan.
Berdasarkan kutipan
cerpen di atas, cerpen ini mempunyai suasana sedih. Hal ini bisa terlihat
ketika tentara Belanda menusukkan bambu runcing ke perut Jon. Cerpen ini memiliki suasana yang mengharukan. Hal ini dapat
dilihat ketika Con dan Nug berhasil
membawa kabur tentara Belanda ke markas mereka di Terugvalbasis yang aman. Hal
ini juga bisa dibuktikan dengan adanya kutipan berikut.
“Kami selamat ke terugvalbasis. Belanda itu bisa kembali
pada ibunya. Sekali-sekali ia berkirim surat pada Con Belakangan ini mereka
agak ribut bertengkar soal Irian Barat. Dalam surat Con yang terakhir aku baca,
“ Kalau kamu berani datang lagi untuk memerangi aku di Irian, aku tembak betul
sampai mati!”
Kutipan di atas menjelaskan Con dan Nug yang akan membantu tentara
Belanda dari belenggu pimpinan mereka dengan cara membawa kabur nereka ke
markas Terugvalbasis. Cerpen ini juga memiliki suasana yang menekan. Pernyataan
ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut.
Ia tak menjawab, brennya dipegangnya
dengan dua belah tangan sekarang, telunjuk pada trekker. Kami jalan satu-satu.
Muka anak-anak kelihatan pucat dan pandangan mereka pandangan maling yang liar.
Mereka yang membawa sten mengokongnya juga, tanpa dikunci. Suasana sangat berat
menekan. Kepala berbunyi, seperti ada mesinnya yang berputar di dalamnya.
Keringat membasahi muka dan mengaburkan pandangan.
Kutipan di atas
menjelaskan perilaku anak-anak di pemukiman itu terpengaruh oleh perilaku
maling yang biasa berkeliaran di desa itu. Latar tempat dalam cerpen Pembalasan
dendam, yaitu medan perang, markas terugvalbasis, pemukiman, dan ketika Jon dan Con berunding
tentang tentara Belanda yang akan dibunuh.
“Tapi, membunuh Belanda ini tidak
dilindungi oleh hukum. Menurut hukum internasional, ia tawanan yang harus dipelihara,
kau bilang sendiri kita bukan gerombolan, tetapi tentara.”
Dari kutipan tersebut
terlihat bahwa tentara Belanda ingin membunuh pimpinan Belanda yang selama ini
tidak adil terhadap rakyat Indonesia.
Cerita pada cerpen ini bermarkas di Terugval basis. Hal ini bisa dibuktikan ketika Tentara Belanda diamankan
Con dan Nug di markas mereka yaitu markas Terugvalbasis.
Kalian sembunyi di sini saja supaya
tidak dicari pimpinan kalian. Walaupun kalian tentara Belanda kalian ingin membela
yang benar kan ? “Aku juga sedang memikirkan hal itu. Aku cuma takut engkau tak
setuju. Bisa berantakan nanti. Karena kenyataan kita dalam kekuasaan. Jayeng”.
“Aku melihat ke sekitarku, kalau ada yang mendengarkan. “Kalau kita mau pergi
dari sini, aku kira masih soal mudah. Tapi kalau kita mau membawa Belanda itu,
itu hal lain. Mereka akan melawan. Dan kau lihat mereka berdelapan. Karabijn
semua. Kita satu GRI dan satu sten”.
Kutipan di atas
menjelaskan ketika Con dan Nug menyembunyikan tentara Belanda ke markas
Terugvalbasis milik Con dan Nug. Tentara Belanda ingin membela yang benar dan
mereka tidak ingin mengikuti aturan pimpinan mereka yang salah.
Cerpen ini pernah
ada di pemukiman. Hal ini bisa terlihat ketika warga desa berlarian karena ada
tentara Belanda datang. Hal itu terlihatdalam kutipan erikut ini.
“Aku beri isyarat pada anak-anak untuk bergerak. Seram
bunyi senjata-senjata yang kami kokong semua. Bunyi GRI, dan Lee End Field yang
supel, bunyi karabijn 95 yang biru seperti bajanya, bunyi bedil Jepang yang
krompyongan karena tutupnya. Con mengembalikan teropong padaku. Mengokang bren
lalu menjinjingnya pada handvatnya. Dengan tak mengucapkan sepatah katapun ia
mendahului regu dengan dibuntuti oleh partnernya yang membawa sten dan tas
berisi tempat peluru. Dari kampung pertama kami lihat rakyat berbondong-bondong
ke luar dan melarikan diri ke arah kami Belanda…Belanda…,”mereka terengah-engah..
(hal:38)
Kutipan di atas
menjelaskan ketika Belanda membawa senjata tajam seperti bedil yang mengepung
pemukiman. Warga berbondong-bondong melarikan diri. Waktu dalam cerpen ini
siang. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.
Di kuburan Cina tak ada apa-apa. Tampak berkilauan keputih-putihan
di terang matahari. Cepat kami mau ke luar dari kampung menuju ke sana ketika
kami terbentur pada uniform hijau-hijau 11 orang dengan Jon.Tubrukan mobil
kalah hebat dengan tubrukan dua pasukan yang bermusuhan. Aku tak ingat
bagaimana mulanya. Tapi tiba-tiba saja udara sudah penuh dengan timah yang
berlayangan. Dan ketika itu kami lihat seorang militer Belanda menusuk Jon
dengan bayonetnya. (hal:39)
Kutipan di atas
menjelaskan siang itu, ada tubrukan antara mobil dan dua pasukan yang
bermusuhan. Pada saat itu mobil yang kalah. Ketika itu seorang militer Belanda
menusuk Jon dengan bayonetnya.
Nug memiliki watak
peduli kepada orang lain. Hal ini bisa dilihat pada kutipan berikut.
“He pak, tidak
melihat kawan kami tadi?” tanya Con pada seorang laki-laki. Orang itu
mengangguk-angguk seperti perkutut sambil terengah-engah.
“Kemana dia?”
Orang itu membuat
isyarat samar-samar ke arah selatan.
“Asyuuu!” umpat Con
dan segera berjalan terus.
“Aku
mendampinginya, “Hati-hati Con, kasih makan kamu punya mata!” (hal:38)
Kutipan di atas menjelaskan ketika Con marah kepada seorang
laki-laki karena saat ditanyai hanya mengangguk-angguk seperti perkutut.
Sehingga membuat Con marah kemudian mengumpat laki-laki itu. Nug melerainya dan
menjelaskan bahwa orang tadi ternyata buta dan menyuruh Con untuk memberinya
makan. Selain itu, Nug juga memiliki watak pantang menyerah. Hal ini dapat
terlihat pada kutipan berikut.
Ku ambil teropongku untuk mengawasi kampung di bawah kami.
“Tidak ada yang mencurigakan, Nug?”
“Tidak.”
“Kampung di bawah itu baik. Tapi yang lain-lainnya itu
pengkhianat semua. Tidak mau memberitahukan kalau babi-babi bule itu patrol.
(hal. 37—38)
Kutipan di atas
menjelaskan bahwa Nug tidak pernah menyerah untuk mencari tahu keadaan kampung.
Nug memiliki watak pemberani. Hal ini bisa dibuktikan pada kutipan berikut.
“Hm,”
“Nug!”
“Heh?”
“Pembunuhan ini harus kucegah”
“Wah! Perubahan 180 derajat dalam pikiranmu!”
“Betul, Nug. Kalau aku sudah berpikir, segalanya berubah.”
“Aku juga sedang memikirkan hal itu. Aku cuma takut engkau
tak setuju. Bisa berantakan nanti. Karena kenyataan kita dalam kekuasaan
Jayeng.” Aku melihat ke sekitarku, kalau ada yang mendengarkan. (hal. 45)
Kutipan di atas
menjelaskan bahwa Nug berani akan mencegah pembuhuhan yang dilakukan Jayeng.
Selain itu, Nug juga memilki watak setia kawan. Hal ini terlihat pada kutipan
berikut.
“Aku mengerti, Con. Seandainya Jon bisa hidup
kembali, aku mau mati uantuk gantinya.”
“Engkau bajingan yang baik hati,
Nug.”Ia menepuk-nepuk lenganku. (hal. 44)
Kutipan di atas
menjelaskan bahwa Nug ingin merasakan apa yang dirasakan Jon dalam kematiannya.
Karena Nug merasa Jon adalah teman seperjuangannya.
Jon memiliki watak
pemberani. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut.
“Aku mengawasi kampung-kampung yang lebih jauh ke daerah
musuh letaknya. “Mengapa sawah-sawah di sekitarnya begitu sepi, pikirku. Justru
ketika itu terdengar tembakan-tembakan. Jon meloncat dan mereka teropong dari
tanganku. “Mauser dan GRI itu tadi: Jon!” (hal. 44)
Kutipan di atas
menjelaskan bahwa Jon mengawasi kampung-kampung
yang jauh dari markasnya. Ketika sawah-sawah sepi terdengar tembakan. Jon
meloncat. Hal ini membuktikan bahwa Jon seseorang yang pemberani. Selain itu,
Jon juga memiliki watak pantang menyerah. Hal ini bisa dilihat pada kutipan
berikut.
“Limit waktu berapa menit, Jon?” tanyaku. “Lima belas
menit. Seperempat jam aku tak kembali, regu suruh menyusul. Ia mengeluarkan
Mauser dari holster kayu lalu dipasangnya sebagai popor. (hal. 36)
Kutipan di atas
menjelaskan ketika Jon menyuruh regunya menyusul setelah 15 menit. Jon
mendahului teman-temannya karena ia pemberani. Sedangkan Con memiliki sifat peduli kepada orang lain. Hal
ini bisa dilihat pada kutipan berikut.
Ia bangkit kembali dan melepaskan
tawanannya. Pembunuh-pembunuh itu. Sikat semuanya!”. Belanda itu tegak duduk
sambil gemetar ketakuan. Ia memandang ke bawah ketika Con memandangnya dengan
mengiris-menusuk. (hal. 42)
Kutipan di atas
menceritakan ketika Con ingin menyelamatkan teman-temannya yang ditawan
Belanda. Con mengiris dan menusuk Belanda itu. Con juga memiliki sifat pantang
menyerah. Hal ini bisa dilihat pada kutipan berikut.
Kemudian datanglah laki-laki pakai jas hitam. “Pak,pak!”
serunya menghentikan kami”.Kawan sampeyan ditangkap Belanda!” Akibat
perloncatan itu luar biasa pada Con, ia sungguh berlari sekarang.
“Con!Con!Kamu gila!” aku mengejar.
“Jon dalam bahaya,”desisnya padaku.
“Kita susun taktik dulu”.
“Sambil jalan saja”.(hal:39)
Kutipan di atas
menceritakan Con meyusun taktik untuk membebaskan kawannya yang ditawan Belanda.
Con juga memilki watak yang pemberani. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan
berikut.
Jon melambai dan aku mendekat.
“Aku mau turun ke kampung di bawah itu.”
“Kenapa ndak semua?”
“Kalian jalannya berat seperti gajah dan mulut kalian cerewet
seperti bebek. Nggak, semua tinggal di sini, kamu ambil pimpinan.”
“Aku mau ikut!”
kata Con. (hal. 35)
Kutipan di atas
memberi penjelasan ketika Con ingin ikut turun ke kampung untuk melawan
Belanda. Selain itu, Con juga memiliki sifat setia kawan. Hal ini bisa dibuktikan
pada kutipan berikut.
Anak-anak aku suruh ambil steling di
belakang dinding batu kali yang menyekat-nyekat tegalan petani. Bren di
tengah-tengah menembus suatu lubang dalam dinding batu itu. Con dan partnernya
yang membawa sten dan tempat peluru terbaring berdampingan. Mereka bergantian
yang membawa senjata dan tempat pelurunya. (hal. 36)
Kutipan di atas
menggambarkan Con dan kawan-kawannya
setia membawa senjata dan tempat pelurunya.Selain itu, Con memiliki sifat
pemaaf. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.
“Angkat tangan semua!!” teriak Con
sambil menodongkan stengunnya kepada Jayeng. Tidak ada yang melawan.Kami
selamat ke Terugvalbasis. Belanda itu bisa kembali pada ibunya. Sekali-sekali
ia berkirim surat pada Con. (hal. 46—47)
Kutipan di atas
menjelaskan bahwa Con menyelamatkan tentara itu dari Jayeng dan memaafkan
tentara itu walaupun dulu teman tentaranya pernah menusuk Jon. Sedangkan Jayeng
memiliki watak yang kejam Hal ini dapat
dilihat pada kutipan berikut.
Belanda meraung-raung seperti kerbau disembelih. Anak buah
Jayeng memukulinya sambil berteriak-teriak, “Bangsat!Babi!Anjing!” dan
sebagainya. Rakyat bersorak-sorak gembira. “Ampuuun. Ampuuun. Ampuuun!” teriak
Belanda itu ketika itu Jayeng mendekati kami lagi dengan senyum ganas dan puas.
“Pak Jayeng, Belanda itu kami minta kembali,” kataku begitu saja.”Ia heran
sebentar, kemudian mukanya menggelingsir licik. Matanya disipitkan.
Kutipan di atas
menceritakan ketika Jayeng menyuruh anak buahnya memukuli Belanda. Jayeng sendiri tersenyum
ganas dan puas, kemudian mukanya menggelingsir licik dan matanya disipitkan. Tentara
Belanda memiliki watak jahat. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.
“Aku tak ingat bagaimana mulanya.
Tapi tiba-tiba saja udara sudah penuh dengan timah yang berlayangan. Dan ketika
itu kami lihat seorang militer Belanda menusuk Jon dengan bayonetnya.
Kutipan di atas
menceritakan bahwa Belanda tidak punya perasaan. Dia membunuh seseorang yang
bernama Jon dengan cara menusuk dengan bayonetnya.
Kesimpulan
Peperangan
antara tentara Belanda dan pemuda Indonesia menimbulkan rasa kemanusiaan berupa
kesetiakawanan. Hal ini terbukti ketika Con dan Nug
yang mengamankan salah satu tentara Belanda ke markas Terugvalbasis mereka.
Perjuangan pemuda Indonesia membuahkan hasil bahwa kemenangan akan berpihak
kepada yang benar. Hal ini terbukti ketika con dan kawan-kawannya berhasil
membunuh bala tentara Belanda di medan perang
DAFTAR RUJUKAN
Notosusanto, Nugroho. 2000. Pembalasan
dendam. Jakarta: Balai Pustaka.
Selden, Raman. 1989. Pendekatan Objektif. Kuala Lumpur: Dewan
Bahasa dan Pustaka.
Semi, Atar. 1983. Pendekatan Objektif. Bandung: Angkasa.
Post a Comment for "Analisis Cerpen Pembalasan Dendam Karya Nugroho Notosusanto"