Makalah Ilmiah : Membaca Dalam Hati
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah luput dan terpisah dari informasi. Informasi yang dibutuhkan setiap manusia tersebut beragam jenisnya, bisa dari media cetak maupun media elektronik. Tidak dapat dipungkiri bahwa keterampilan kebahasaan seseorang mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam proses komunikasinya. Semakin terampil seseorang berbahasa maka semakin jelas pula jalan pikirannya. Tampubolon (1987:5) menjelaskan bahwa dengan berbahasa memungkinkan tersimpan dan terpeliharanya unsur-unsur penting kebudayaan yang berupa ide-ide atau pikiran-pikiran dalam suatu masyarakat. Walaupun bahasa yang dimaksud dalam hal ini adalah juga termasuk bahasa lisan, tetapi yang terutama adalah bahasa tulisan. Dikatakan demikian karena berbeda dengan bahasa lisan yang unsur-unsurnya selalu berubah dan sering banyak yang dilupakan oleh pemakainya, bahasa tulisan dapat tahan lama, terlebih dengan adanya sistem arsip dan perpustakaan. Dalam bahasa tulis tersimpan ide-ide atau pikiran-pikiran yang merupakan bagian penting dari kebudayaan bangsa atau masyarakat.
Winawimala (2012)
berpendapat bahwa terdapat empat aspek dalam keterampilan berbahasa yaitu: (1)
keterampilan menyimak (listening skills),
(2) keterampilan berbicara (speaking
skills), (3) keterampilan membaca (reading
skills), dan (4) keterampilan menulis (writing
skills). Keempat keterampilan ini merupakan satu kesatuan atau catur
tunggal. Keempat aspek dalam keterampilan berbahasa tersebut memiliki hubungan
satu sama lain. Keterampilan berbicara dan menyimak yang dinilai sebagai
ekspresi lisan memiliki hubungan yang erat dengan keterampilan membaca dan menulis
yang merupakan ekspresi tulis (Winawimala, 2012). Ekspresi lisan dan tulis memiliki
persamaan. Seorang anak mengenal huruf, kata, dan kalimat dari ujaran-ujaran
yang ia dengar dari lingkungan sekitarnya. Sebelum mengenal proses menulis dan
membaca, seorang anak memiliki perbendaharaan kata, kosakata, dan pola-pola kalimat
yang ia pelajari dari proses berbicara. Komunikasi tulis cenderung lebih unggul
dalam isi, pikiran, struktur kalimat, lebih formal dalam gaya bahasa dan jauh lebih
teratur dalam pengertian ide-ide.
Tarigan (1985:8)
menjelaskan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan
oleh pembaca untuk mendapat pesan, suatu metode yang dipergunakan untuk
berkomunikasi dengan diri sendiri dan kadang-kadang orang lain, yaitu
mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang
tertulis. Pendapat yang berbeda diungkapkan oleh Aminuddin (2011:15)
menyebutkan bahwa istilah membaca dapat mencakup pengertian yang luas. Ia
berpendapat bahwa membaca merupakan kegiatan (1) mereaksi, (2) proses, dan (3)
pemecahan kode dan penerimaan pesan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa membaca
merupakan sebuah kegiatan berkomunikasi dengan diri sendiri maupun dengan media
untuk mendapatkan informasi dan merupakan sebuah kegiatan mereaksi, proses dan
pemecahan kode pada informasi yang telah diperoleh.
Nurhadi (1989:10)
menjelaskan bahwa antara tujuan membaca dengan penerapan teknik membaca
terdapat hubungan yang erat. Tujuan membaca tertentu memerlukan teknik membaca
tertentu. Hal ini demi efisiensi artinya orang dapat berhemat waktu dan tenaga
dalam membaca. Hal yang banyak ditemui saat ini bahwa membaca tidak lagi efektif
dan bermanfaat karena tidak dilakukan dengan cara yang sesuai. Kesalahan
yang banyak dijumpai dalam proses membaca yaitu: vokalisasi, gerakan bibir, gerakan kepala,
regresi,
dan sub vokalisasi (Noer, 2009). Padahal kesalahan-kesalahan tersebut menyebabkan
pambaca lamban dalam proses membaca maupun dalam proses memahami isi bacaan.
Dalam rangka meningkatkan kualitas dalam
perbendaharaan kata, maupun meningkatkan kualitas dalam hal mengolah teks
bacaan, maka teknik membaca yang dipilih harus benar-benar sesuai agar terjadi
keoptimalan proses pemahaman sehingga tidak membuang waktu dan tenaga secara
percuma. Teknik membaca yang beragam jenisnya juga harus ditinjau dan
disesuaikan dengan penggunaan, untuk kegiatan memahami suatu bacaan diperlukan
teknik membaca yang tidak membutuhkan aktivitas lisan melainkan aktivitas
pikiran dan visual.
Baca Juga :
Pengertian Paragraf Deskripsi
Pengertian Cerpen dan Jenis Cerpen
Proses Kreatif dan Pengolahan Ide
Terdapat bermacam-macam jenis teknik membaca yang
dapat diterapkan, namun harus tetap melihat konteks tujuan yang akan
didapatkan. Salah satu teknik membaca yang telah banyak kita kenal adalah
kegiatan membaca dalam hati. Membaca dalam hati merupakan kegiatan membaca yang
bertujuan untuk memperoleh pengertian, baik pokok-pokok maupun rincian-rinciannya.
Secara fisik membaca dalam hati harus menghindari vokalisasi, pengulangan
membaca, menggunakan telunjuk/petunjuk atau gerakan kepala (Tarjo, 2009).
Membaca dalam hati diperuntukkan bagi pembaca yang ingin mendapatkan informasi
secara mendalam dari bacaan. Dalam kehidupan sehari-hari sebagian besar proses
membaca dilakukan di dalam hati. Melihat
proses membaca dalam hati menjadi sangat dominan dalam hal mengolah bahan
bacaan maupun menambah pengetahuan pengguna bahasa, proses yang dilakukan dalam
membaca jenis ini harus benar-benar sesuai dengan fungsinya.
Pengertian
dan Jenis Membaca dalam Hati
Membaca
dalam hati pada dasarnya adalah membaca dengan memper-gunakan ingatan visual (visual
memory), melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Hal ini karena kegiatan
membaca dalam hati tidak menggunakan aktivitas fisik yang menghasilkan produk
baik itu dalam bentuk suara, namun hanya menghasilkan pemahaman yang mendalam
pada bahan bacaan yang telah dibaca.
Tarigan (2008:30) menjelaskan bahwa tujuan utama membaca dalam hati (silent
reading) adalah untuk memperoleh informasi.
Membaca dalam
hati adalah cara atau teknik membaca tanpa suara. Jenis membaca ini perlu lebih
ditekankan kepada pemahaman isi bacaan. Dalam kurikulum 2004 tertera membaca
sekilas, membaca dangkal, membaca intensif, dan membaca ekstensif. Membaca
jenis ini dapat digolongkan ke dalam membaca dalam hati. Membaca dalam hati
berbeda dengan membaca teknis
(Asihochan, 2012). Membaca dalam hati lebih banyak menggunakan kecepatan
gerak mata, sedangkan membaca teknis lebih banyak menggunakan gerakan mulut.
Mengingat gerakan mata lebih cepat menanggapi apa yang dibaca, maka membaca dalam
hati lebih cepat prosesnya daripada membaca teknis. Karena itu dalam kehidupan
sehari-hari manusia lebih banyak menggunakan membaca dalam hati dalam kegiatan
membaca wacana apapun.
Membaca dalam
hati merupakan kegiatan membaca yang bertujuan untuk memperoleh pengertian,
baik pokok-pokok maupun rincian-rinciannya. Secara fisik membaca dalam hati
harus menghindari vokalisasi, pengulangan membaca, menggunakan telunjuk/petunjuk
atau gerakan kepala (Tarjo, 2009).
Nola Banton Smith
(1993) dalam Tarjo (2009) mendefinisikan bahwa membaca pemahaman adalah proses
pemikiran yang kompleks untuk membangun sejumlah pengetahuan. Membangun
sejumlah pengetahuan itu menurut bisa berupa kemampuan pemahaman literal,
interpretatif, kritis, dan kreatif. Hal tersebut diperkuat oleh Burns
(1996:255) dalam Tarjo (2009) menjelaskan bahwa membaca pemahaman terdiri empat
tingkatan, yaitu pemahaman literal (literal
comprehension), pema-haman interpretatif (interpretative comprehension), pemahaman kritis (critical comprehension), dan pemahaman
kreatif (creative comprehension).
Pemahaman literal (literal
comprehension) berarti pemahaman terhadap apa yang dikatakan atau
disebutkan penulis dalam teks bacaan. Pemahaman ini diperoleh dengan memahami
arti kata, kalimat dan paragraf dalam konteks bacaan itu seperti apa adanya
(Tarjo, 2009). Sementara itu pemahaman interpretatif (interpretative comprehension) harus didahului pemahaman literal
yang aktivitasnya berupa: menarik kesimpulan, membuat generalisasi, memahami hubungan
sebab-akibat, membuat perbandingan-perbandingan, menemukan hubungan baru antara
fakta-fakta yang disebutkan dalam bacaan Syafi’ie (1999:36) dalam Tarjo (2009).
Pemahaman kritis (critical
comprehension) merupakan pemahamn yang diperoleh dengan memberikan
penilaian terhadap sesuatu teks bacaan dengan jalan melibatkan diri
sebaik-baiknya ke dalam teks bacaan itu yang menjadikan pembaca menjadi aktif
bertanya, meneliti fakta-fakta, dan menggantungkan penilaian/keputusan sampai
ia mempertimbangkan semua materi. Pemahaman kreatif (creative comprehension) yang menjadi tingkatan terakhir berarti
bahwa seorang pembaca telah mampu menghasilkan produk tidak hanya sekadar
berpikir kritis pada bahan bacaan yang telah ia baca. Pemahaman kreatid berarti
pembaca telah mampu menginterpretasi bahan baca yang telah ia baca tersebut ke
dalam sebuah produk yang mampu ia ciptakan.
Pengertian yang
menjelaskan bahwa tujuan membaca dalam hati adalah untuk mendapatkan pemahaman
dapat pula dianalogikan bahwa mem-baca
dalam hati sama dengan membaca pemahaman. analogi ini sangat sesuai karena
tujuan membaca dalam hati sama dengan
membaca pemahaman yakni untuk mendapatkan pemahaman pada bahan bacaan.
Membaca
pemahaman biasanya dilakukan tanpa bersuara. Dalam kegiatan sehari-hari, orang
jauh lebih banyak melakukan kegiatan membaca seperti ini. Di samping tidak
mengganggu orang lain, juga waktu yang ditempuh dalam membaca dapat lebih
dihemat daripada dengan menyuarakan bahan bacaan, karena membaca pemahaman
merupakan suatu kegiatan membaca yang tujuan utamanya adalah memahami bacaan secara
tepat dan cepat (Jufry, 2012).
Untuk mengembangkan kemampuan siswa memahami bacaan, Smith & Baret
(1988) dalam Jufry (2012) mengemukakan empat kategori pemahaman yaitu: (1) pemahaman harfiah, (2) pemahaman inferensial, (3) pemahaman evaluasi, dan (4) pemahaman apresiasi.
Pemahaman harfiah membimbing siswa untuk menemukan informasi secara gamblang
diungkapkan dalam bacaan. Pemahaman inferensial ditunjukkan oleh siswa bila
dapat mencari kesimpulan dari dari hal-hal yang diketahui dari bacaan.
Pemahaman evaluasi ditunjukkan bila siswa dapat menunjukkan tilikan evaluatif
dengan membandingkan buah pikiran yang disajikan wacana dengan kriteria yang
ada dalam dirinya atau kriteria dari
sumber lain. Pemahaman apresiasi berhubungan dengan dampak psikologis dan
estetis siswa, membimbing siswa mengenai teknik-teknik, bentuk, gaya serta
struktu kata dalam suatu bahan bacaan.
Berdasarkan
dari pendapat beberapa ahli bahasa mengenai pengertian atau definisi dari
membaca dalam hati dapat disimpulkan bahwa membaca dalam hati dapat juga
disebut membaca pemahaman yang merupakan salah satu teknik membaca dengan mengutamakan
kegiatan visualisasi dan ingatan tanpa disertai dengan vokalisasi untuk
memahami suatu informasi secara mendalam.
Kegiatan
membaca dalam hati merupakan salah satu teknik membaca yang sudah dikenal sejak
masa mulai seseorang mengenal bahan bacaan. Secara disadari atau tidak kegiatan
membaca dengan teknik ini berangsur-angsur digunakan oleh mayoritas kalangan
masyarakat karena fungsinya yang efisien untuk memahami bahan bacaan selain untuk
efektivitas tenaga dan waktu. Sehingga dapat dikatakan bahwa membaca dalam hati
merupakan teknik membaca yang melibatkan kegiatan visual seseorang dan ingatan
saja tanpa ada aktivitas vokal atau vokalisasi dalam membaca.
Tarigan
(2008:13) mengemukakan bahwa untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan mekanis (mechanical skills) aktivitas yang paling
sesuai adalah membaca nyaring, membaca suara
(reading aloud: oral reading). Untuk keterampilan pemahaman (comprehension skills) yang paling erat
adalah dengan membaca dalam hati (silence
reading) yang dapat pula dibagi atas membaca ekstensif dan membaca
intensif. Membaca dalam hati merupakan kunci bagi semua ilmu
pengetahuan karena teknik membaca dalam hati menuntut pembaca untuk mampu
memahami apa yang ia baca. semakin pembaca mampu untuk memahami bahan bacaannya, maka akan semakin
terbuka berbagai ilmu pengetahuan yang ada di dunia ini untuk dirinya. Sangat
berbeda dengan teknik membaca nyaring yang mengandalkan keterampilan mekanik
dan menghasilkan sebuah produk baik dalam bentuk suara maupun hasil karya seni
seperti puisi, drama atau pidato.
DAFTAR
RUJUKAN
Aminuddin. 2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung:
Sinar Baru Algesindo Offset.
Nurhadi. 1989. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca.Bandung: C.V Sinar Baru Offset
Bandung.
Tarigan, H. Guntur. 1985. Membaca: Sebagai suatu keterampilan
berbahasa. Bandung: Angkasa.
nice info kang
ReplyDeleteinfo sangat bagus gan
ReplyDeleteCerpennya sangat bagus, jadi untuk orang yang suka membaca sebaiknya utamakan membaca karya ilmiah dengan membacanya dalam hati karena membuat kita itu seperti mudah memahami dengan gaya bahasa membaca dalam hati, jadi cerpennya sangat menarik dan bagus👍
ReplyDelete