Perkembangan Drama di Indonesia
Dilihat
berdasarkan masanya, drama dibagi menjadi drama tradisional dan drama modern.
Drama tradisional atau drama rakyat (folk
drama) adalah drama yang lahir dan diciptakan masyarakat tradisional
(Siswanto, 2008:165). Dewojati (2010:79) menyatakan bahwa teater tradisional
merupakan suatu bentuk teater yang dihasilkan oleh kreatifitas kolektif masyarakat
dari berbagai suku dan etnis di Indonesia. Drama tradional ini juga diyakini
sebagai warisan budaya nenek moyang yang diyakini lahir secara spontanitas
mengenai kehidupan masyarakatnya. Menurut Wiyanto (2002:11), drama tradisional
adalah tontonan drama yang tidak menggunakan naskah. Watak tokoh, dialog, dan
gerak-geriknya diserahkan sepenuhnya pada pemain. Proses terjadi atau munculnya
drama tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah dengan daerah
lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu
berbeda-beda, tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara
di mana teater tradisional lahir (Santosa, dkk., 2008:24). Fungsi drama
tradisional ialah untuk kegiatan sosial keagamaan seperti menyambut tamu,
menyambut datangnya panen, sarana ritual ataupun mengungkapkan rasa syukur
kepada Tuhan. Contoh drama tradisional di Indonesia ialah wayang orang, ludruk,
ketoprak, wayang kulit, ronggeng gunung, gambuh, calon arang, tari topeng, dan
juga lenong. Cerita dalam drama tradisional didasarkan pada cerita yang sudah
baku. Selain itu drama tradisional menonjolkan prinsip kebersamaan sehingga
tidak menonjolkan satu individu saja.
Drama
modern adalah drama yang lahir pada masyarakat industri. Drama modern di
Indonesia ini muncul akibat pengaruh dari drama barat. Dalam penyajiannya drama
ini sudah memasukkan unsur teknologi modern dalam penyajiannya (Siswanto,
2008:165). Menurut Wiyanto (2002:12), drama modern menggunakan naskah. Naskah
yang berisi dialog dan perbuatan para pemain itu benar-benar diterapkan. Cerita
dalam drama modern selalu berkembang dan tidak selalu terfokus pada satu
permasalahan cerita ataupun satu pokok cerita tertentu. Ciri-ciri dan bentuk
teater modern Indonesia secara garis besar dan mendasar dapat dilihat sebagai
berikut Sumardjo, (2004:99) dalam Dewojati, (2010:112):
(1)
Pertunjukan
telah dilakukan di tempat khusus, yakni sebuah bangunan panggung proscenium yang memisahkan penonton
dengan pemain. Di atas panggung tersebut telah dipasang tirai-tirai yang dapat
diangkat dan diturunkan sebagai tanda dimulai dan ditutupnya sebuah babak atau
pertunjukan.
(2) Penonton
harus membayar tiket masuk pertunjukan. Pada teater tradisional kebiasan itu
tidak pernah ada.
(3) Fungsi teater adalah untuk hiburan
dalam segala gradasinya, mulai hiburan yang sifatnya populer sampai dengan
hiburan yang canggih.
(4)
Unsur
cerita erat dengan peristiwa-peristiwa yang mewakili semangat zamannya.
(5) Ungkapan
bentuk teater sudah menggunakan idiom-idiom modern, seperti adanya intermezo, pemimpin pertunjukan,
sutradara, dan iringan lagu dengan peralatan musik modern.
(6)
Bahasanya
seperti bahasa Melayu atau Bahasa Indonesia.
(7)
Adanya
teks drama yang tertulis.
Post a Comment for "Perkembangan Drama di Indonesia"