Contoh Kajian Pustaka Sesuai Pedoman
Contoh kajian pustaka berikut ini adalah contoh yang dibuat sesuai dengan pedoman PUEBI yang terbaru. Sangat penting untuk memastikan kajian pustaka dalam makalah disusun dengan terstruktrur dan rapi sehingga pembaca dapat menikmati bacaan tersebut.
Kajian pustaka adalah suatu tahapan penelitian yang berupaya untuk melakukan pendalaman masalah atau kajian terhadap teori dan konsep yang berkaitan dengan topik yang akan diteliti. Berikut adalah contoh kajian pustaka yang baik dan benar.
Bagi pelajar atau mahasiswa yang ingin mempunyai penghasilan sampingan online, Anda dapat mencari referensi panduan menghasilkan uang dari internet di DOLARHIJAU.COM
Contoh Kajian Pustaka
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
Pada
bab ini dibahas mengenai (1) penelitian dan pengembangan, (2) media pembelajaran,
(3) Pembelajaran menulis puisi dengan media tayangan acara televisi.
2.1
Penelitian
dan Pengembangan
Sukmadinata
(2005:164) menyebutkan arti dari penelitian dan pengembangan adalah suatu
proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau
menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam
dunia pendidikan dan pembelajaran khususnya, penelitian dan pengembangan
memfokuskan kajiannya pada bidang desain atau rancangan, berupa model desain
dan desain bahan ajar produk misalnya media (Setyosari dan Widijoto, 2007:38)
Selain itu penelitian pengembangan adalah metode
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji
keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2008:297). Pengembangan produk dalam
penelitian dan pengembangan dilakukan berdasarkan data analisis kebutuhan dilapangan.
Dapat disimpulkan bahwa penelitian pengembangan adalah
suatu proses untuk menghasilkan suatu hal yang baru (produk) atau menyempurnakan
produk yang telah ada yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah dan tetap
mengacu pada konsep ilmiah.
2.2 Media Pembelajaran
Santoso (dalam Subana, 2009:287) mengemukakan pengertian
media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang sebagai penyebar ide atau
gagasan sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima. Sadiman (2008:6)
menyatakan bahwa media adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim ke penerima pesan. Sedangkan Arsyad (2002:4) menjelaskan bahwa media
adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi
instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Artikel Lainnya:
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media
adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar yang berfungsi
memperjelas makna pesan yang disampaikan sehingga tujuan pembelajaran berjalan dengan
lebih baik dan sempurna
2.2.1 Manfaat Penggunaan Media Pembelajaran
Perolehan
pengetahuan siswa yang digambarkan Edgar Dale (dalam Sanjaya, 2008:169)
menunjukkan bahwa pengetahuan akan semakin abstrak apabila hanya disampaikan
melalui bahasa verbal. Hal ini memungkinkan terjadinya verbalisme, artinya
siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa memamahami dan mengerti makna yang
terkandung dalam kata tersebut. Hal semacam ini dapat menimbulkan salah
persepsi pada diri siswa. Oleh sebab itu, seharusnya diusahakan agar pengalaman
siswa menjadi lebih konkret, pesan yang ingin disampaikan benar-benar dapat
mencapai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai, dilalui melalui kegiatan yang
dapat mendekatkan siswa dengan kondisi yang sebenarnya. Hamalik (dalam Arsyad,
2002:15) mengemukakan bahwa pemakaian media dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap
siswa.
Sanjaya (2008:170)
menyebutkan bahwa media memiliki manfaat yang beragam, di antaranya adalah (1)
menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu; (2) memanipulasi
keadaan, peristiwa, atau objek tertentu; (3) menambah gairah dan motivasi
belajar siswa. Sadiman (2008:15) lebih lanjut mengungkapkan bahwa kegunaan media
juga beragam, antara lain; (1) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu
bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka); (2)
mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera; (3) penggunaan media
secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi kepasifan anak didik. Bertolak dari
manfaat tersebut, media pembelajaran banyak sekali kegunaannya untuk proses
belajar siswa dan penyampaian materi dapat berjalan dengan baik.
2.2.2 Klasifikasi dan Macam-macam
Media Pembelajaran
Media
pembelajaran menurut Sanjaya (2008:172) dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi bergantung dari sudut mana
melihatnya.
(a) Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi
dalam: Media auditif, yaitu media
yang dapat didengar saja; Media visual, yaitu
media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara; Media audiovisual, yaitu media yang
selain mengandung unsur suara, juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat; (b) dilihat dari kemampuan jangkaunnya, media dapat dibagi ke
dalam; Media yang memiliki
daya liput yang luas dan serentak seperti radio dan televisi; Media yang memiliki daya liput yang terbatas oleh ruang
dan waktu seperti film slide, film, video, dan
lain sebagainya. (c) dilihat dari cara
atau tekniknya, media dapat di bagi ke dalam: Media yang diproyeksikan seperti film, slide, film strip, transparansi, dan
lain sebagainya. Media yang tidak diproyeksikan seperti
gambar, foto, lukisan, radio, dan lain sebagainya.
2.2.3
Prinsip-prinsip
Penggunaan Media
Prinsip-prinsip pokok yang
harus diperhatikan dalam penggunaan media pada setiap kegiatan belajar mengajar
adalah bahwa media digunakan dan diarahkan untuk mempermudah siswa dalam
belajar dalam upaya memahami materi pelajaran.
Sanjaya (2008:173) menjelaskan agar media pembelajaran benar-benar
digunakan untuk membelajarkan siswa, maka ada beberapa prinsip yang harus
diperhatikan, di antaranya.
(1) media yang digunakan oleh guru harus
sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran; (2) media yang akan
digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran; (3) media pembelajaran harus
sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa; (4) media yang akan
digunakan harus memerhatikan efektivitas dan efisien; dan (5) media yang
digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam mengoperasikannya.
Baca Juga : Cerpen Renung Diri
Makalah Membaca dalam Hati
Menyusun Latar Belakang
2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Media Pembelajaran
Sebuah media
pembelajaran selalu mempunyai kekurangan dan kelebihan, terutama media yang
bersumber dari video yang berupa acara televisi. Arsyad (2002:48) menjelaskan
kelebihan dan kekurangan media yang bersumber dari video sebagai berikut.
1) Kelebihan media pembelajaran yang bersumber dari video
a) Video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari
siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktek.
b) Dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat
disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu.
c) Dapat mendorong dan meningkatkan motivasi.
d) Video yang mengandung nilai-nilai positif dapat
mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa.
e) Dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya jika dilihat
secara langsung.
f) Dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok
kecil, kelompok yang heterogen, maupun perorangan.
2) Kekurangan media
pembelajaran yang bersumber dari video
a) Media video umumnya memerlukan biaya mahal dan waktu yang
banyak.
b) Pada saat diputar, gambar-gambar bergerak terus sehingga
tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui film
tersebut
c) Video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan
dan tujuan belajar yang diinginkan kecuali video itu dirancang dan diproduksi
khusus untuk kebutuhan sendiri.
Dari
kekurangan tersebut dapat diatasi dengan memilih video yang benar-benar sesuai
dengan materi yang akan disampaikan. Video yang digunakan dapat berupa rekaman
yang diunduh dari internet yang cukup mudah mendapatkannya. Video yang
digunakan sebaiknya yang berdurasi tidak terlalu lama, sehingga ketika memutar
kembali tidak membuang waktu pelajaran. Pmbelajaran yang memanfaatkan media
video harus direncanakan terlebih dahulu materi yang akan disampaikan agar
video yang dipilih sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar.
2.3 Pembelajaran Menulis Puisi dengan Media Tayangan
Acara Televisi.
2.3.1 Proses Menulis
Menulis merupakan sebuah proses
kreatif. Maksud dari proses kreatif adalah perubahan organisasi kehidupan
pribadi, sehingga proses itu bersifat personal. Setiap pengarang memiliki daya
kreatif yang tidak dimiliki oleh pengarang lain.Dari aspek pribadi, proses
kreatif merupakan kesadaran yang muncul dari tindakan pribadi yang unik atau
khas, sebagai tanggapan terhadap lingkungannya.
Roekhan (1991:1) menyatakan
bahwa kreativitas sangat penting untuk memacu munculnya ide-ide baru, menangkap
dan mematangkan ide, serta mendayagunakan bahasa secara optimal. Kreativitas
dapat menjadikan seorang penulis mampu memunculkan ide-idenya, kemudian
mengolah ide-ide tersebut menjadi ide-ide yang matang dan utuh. Dengan
kreativitas, seorang penulis tidak hanya puas dengan banyaknya ide yang
melintas dalam pikirannya. Tetapi ia akan terus mengabadikan setiap ide yang
melintas, mengolah, dan mematangkannya secara terus-menerus. Roekhan
(1991:9-14) menyatakan bahwa ada beberapa tahapan kreativitas dalam kegiatan
menulis, antara lain (1) Pemunculan ide, (2) Pengembangan ide, (3) Pelahiran
ide, dan (4) Penyempurnaan ide
Menulis adalah
proses mengungkapkan atau menuangkan atau memaparkan gagasan dan melalui bahasa
tulis berdasarkan tatanan tertentu sesuai dengan kaidah bahasa yang digunakan
penulis kepada pembaca untuk dipahami (Nurchasanah dan Widodo, 1993:2). Penulis
sebagai penyampai pesan mengandung maksud bahwa sebelum menulis seorang telah
memikirkan maksud atau keinginan dan ide atau gagasan yang hendak disampaikan
kepada pembaca. Melalui tulisan, pesan penulis tersampaikan kepada pembaca.
Dengan demikian, sebelum menulis seorang penulis harus memperhatikan apa yang hendak
ditulis, saluran yang digunakan, dan ditujukan kepada siapa tulisan tersebut.
Menulis dipandang sebagai upaya untuk merekam ucapan manusia menjadi bahasa
baru, yaitu bahas tulisan. Bahasa tulisan itu tidak lain adalah suatu jenis
notasi bunyi, kesenyapan, infleksi, tekanan nada, isyarat atau gerakan, dan
ekspresi muka yang memindahkan arti dalam ucapan atau bicara manusia (Ahmadi,
1990:28).
Menulis sangat diperlukan dalam proses pembelajaran.
Sejalan dengan pernyataan tersebut, maka menulis menjadi kemampuan pokok yang
perlu dikuasai meskipun bersifat personal. Dalam
proses pembelajaran Bahasa Indonesia, menulis merupakan keterampilan berbahasa
yang meminta perhatian paling banyak. Dalam pembelajaran bahasa kemampuan
menulis memiliki arti penting. Pertama,
menulis dalam arti mengekspresikan pikiran dan perasaan dalam bahasa
tulisan. Kedua, menulis
dalam arti melahirkan bunyi-bunyi bahasa, ucapan-ucapan dalam bentuk tulisan. Dalam penelitian ini pengertian menulis berdasarkan
pendapat yang pertama yaitu menulis sama dengan menulis puisi.
Proses
menulis sangat kompleks, dalam arti melibatkan berbagai pengetahuan dan pengalaman serta keterampilan dalam
mengolah ide, menalarkannya agar apa yang disampaikan penulis dapat
tersampaikan kepada pembaca sesuai dengan maksud penulisnya (Nurchasanah dan
Widodo, 1993:1). Dengan menulis seseorang akan melahirkan ide dalam bentuk
tulis. Menulis dapat merangsang
kekreativitasan, karena dalam menulis terjadi perubahan, penambahan, atau
proses pengurangan. Dalam
proses menulis akan tercipta sebuah ide yang akan merangsang lahirnya ide-ide
berikutnya. Proses itu dimulai dari memunculkan ide dalam benak penulis,
menangkap dan merenungkan ide tersebut, mematangkan ide agar menjadi jelas dan
utuh, dan membahasakan ide dan menatanya, serta menuliskan ide dalam bentuk
tulis (Roekhan, 1991:1).
Proses menulis mencakup beberapa tahapan. Pertama, tahapan pramenulis,
kegiatan yang dilakukan oleh siswa adalah memilih
tema, memfokuskan ide serta mempertimbangkan maksud ide yang ditulis. Kedua,
tahap penginderaan yaitu siswa menulis draft kasar berdasarkan keinginan. Setelah itu, siswa
menukarkan tulisannya dalam kelompok untuk direvirsi teman dan guru. Pada tahap
penyuntingan, siswa memberikan koreksi pada komposisi tulisan, meminta bantuan
koreksi dari teman, mengidentifikasi, dan mengoreksi kesalahan mekanik. Tahap
selanjutnya, siswa mempublikasikan hasil tulisannya.
2.3.2 Tayangan Acara Televisi
Tayangan acara televisi
atau program televisi merupakan
acara-acara yang ditayangkan oleh stasiun
televisi (wikipedia, diakses tanggal 27 september 2011). Acara televisi
yang menarik akan membuat stasiun televisi tersebut diminati oleh masyarakat.
Program siaran televisi di Indonesia pada umumnya diproduksi oleh stasiun
televisi yang bersangkutan (Muda, 2005:7).
Muda (2005:9) menjelaskan bahwa pada umumnya isi program siaran di televisi
maupun radio meliputi acara seperti (1) laporan berita, (2) wawancara, (3)
dokumenter, (4) acara lingkungan, (5) iklan, (6) pendidikan, (7) seni dan
budaya, (8) musik, (9) drama, (10) film, (11) kuis, dan (12) komedi. Berbagai
jenis program siaran tersebut bukanlah sesuatu yang mutlak harus ada semuanya.
Acara-acara tersebut sangat bergantung dari kepentingan masing-masing stasiun
penyiaran yang bersangkutan. Pada umumnya memang sebagian besar dari contoh
jenis program di atas tersebut adalah acara-acara yang disiarkan oleh stasiun
penyiaran televisi.
Kuswandi (1996:100) menjelaskan ada tiga dampak yang ditimbulkan dari acara
televisi terhadap pemirsa.
(1) Dampak
kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami
acarayang ditayangkan televisiyang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. Contoh:
acara kuis di televisi. (2) dampak peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada
trendi aktual yang ditayangkan televisi. Comtoh: model pakaian, model rambut
dari bintang televisiyang kemudian digandrungi atau ditiru secara fisik. (3)
dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah
ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari.
Berbagai dampak
yang telah disebutkan di atas, dapat menimbulkan dampak positif atau pun
negatif bagi para pemirsa.
2.3.3
Tayangan Acara Televisi sebagai Media Pembelajaran Menulis Puisi
Pemanfaatan tayangan acara televisi
sebagai media pembelajaran menulis puisi harus memperhatikan jenis tayangan
yang akan digunakan. Tidak semua tayangan acara televisi dapat digunakan
sebagai media pembelajaran menulis puisi. Salah satu acara televisi yang
dapat digunakan sebagai media pembelajaran menulis puisi adalah acara realitas
memperlihatkan orang-orang biasa yang menghadapi tantangan atau pengalaman yang
luar biasa, acara mengenai lingkungan (Jejak
Petualang), atau merasakan kehidupan orang-orang yang hidup di bawah garis
kemiskinan (Jika Aku Menjadi...).
Pemanfaatan tayangan acara televisi
yang tepat, akan membantu dalam pembelajaran karena dapat mempersingkat waktu
dan biaya. Sebagai contohnya, jika ingin menulis puisi mengenai keindahan suatu
pantai, guru tidak harus mengajak siswa
langsung ke pantai tetapi cukup dengan memutarkan video acara televisi yang
membahas mengenai keindahan pantai. Kemampuan guru dalam memilih acara televisi
juga mempengaruhi dalam hasil pembelajaran menulis puisi yang dilakukan oleh
siswa. Selain pemilihan jenis acara televisi, yang harus diperhatikan juga
yaitu mengenai suara, tampilan visual video yang digunakan. Suara dan tampilan
visual yang jelas akan membantu siswa dalam menangkap pesan yang disampaikan
dalam tayangan acara televisi tersebut. Selain itu video yang baik juga dapat
membuat siswa lebih fokus dalam mengikuti pembelajaran khususnya menulis puisi. Langkah-langkah
pembelajaran menulis puisi dengan memanfaatkan media tayangan acara televisi.
- Menentukan terlebih dahulu tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
- Menentukan tema yang akan diangkat dalam pembelajaran menulis puisi.
- Memberikan penjelasan kepada siswa bagaimana langkah-langkah menulis puisi,sehingga dapat menghasilkan puisi yang sesuai dengan apa yang diinginkan.
- Memiilih salah satu video tayangan acara televisi (pilih video yang kualitas tampilan atau pun suaranya baik) yang bisa merangsang imajinasi siswa dalam menulis puisi sesuai dengan tema yang diinginkan.
- Memutarkan video yang telah dipilih dan berikan perintah kepada siswa untuk memperhatikan video tersebut.
- Selesai pemutaran video, siswa bisa langsung menulis puisi sesuai dengan langkah-langkah menulis puisi yang telah dijelaskan oleh guru.
- Guru dan murid melakukan penyuntingan terhadap puisi yang telah dihasilkan berdasarkan video yang telah diputar.
- Puisi siap untuk dipublikasikan.
Itu tadi adalah pembahasan mengenai contoh kajian pustaka yang sesuai pedoman. Terima kasih telah membaca dan sampai jumpa.
i
Post a Comment for "Contoh Kajian Pustaka Sesuai Pedoman"