Berpikir Kritis Sejak Dini
Manusia sudah dibekali dengan kemampuan berpikir sejak lahir ke dunia
ini. Dalam perkembangan hidupnya, manusia akan mengalami perkembangan proses
berpikirnya. Perkembangan proses berpikir itu bertingkat mulai cara berpikir yang sederhana hingga
berpikir kritis. Perkembangan itu
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
faktor internal maupun eksternal.
Kemampuan berpikir kritis merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk melihat dan memecahkan masalah yang ditandai dengan sifat-sifat dan bakat kritis. sifat-sifat dan bakat kritis meliputi sifat rasa ingin tahu yang tinggi, imajinatif, dan selalu tertantang oleh kemajemukan, berani mengambil resiko, dan mempunyai sifat yang tak kalah penting adalah selalu menghargai hak-hak orang lain, arahan bahkan bimbingan orang lain.
Kemampuan berpikir manusia tidak
dapat hilang, tetapi kemampuan itu dapat menurun jika tidak dilatih dan mampu
berkembang jika diasah dan dilatih dengan baik. Salah satu bentuk latihan
tersebut bisa dilakukan dengan membaca dan menulis kritis.
Permasalahan yang kompleks dan
tingginya tuntutan kehidupan yang dihadapi manusia seiring perkembangan zaman
tidak mungkin teratasi hanya dengan mengandalkan proses berpikir yang biasa
saja, yaitu suatu proses berpikir
yang kurang sistematis ataupun analitis. Proses berpikir semacam ini sulit
menghasilkan kesimpulan atau solusi yang mengena bagi pemecahan masalah dan
pemenuhan kebutuhan. Manusia membutuhkan suatu usaha yang lebih aktif lagi
dalam menerima dan mengolah informasi baru yang masuk dalam memorinya.
Keterampilan
berbahasa terdiri atas keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis. Keempat keterampilan tersebut diajarkan pada setiap jenjang pendidikan
yang pada dasarnya merupakan satu kesatuan. Setiap keterampilan tersebut sangat
erat hubungannya dengan proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang
mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah
dan jelas jalan pikirannya.
Mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia adalah sarana pengembangan penalaran. Selain untuk
meningkatkan keterampilan berbahasa juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir,
bernalar, dan menumbuhkan apersepsi terhadap hasil karya sastrawan, juga untuk
memperluas wawasan.
Dalam hal
membaca kritis, siswa tidak hanya sekedar membaca saja, namun siswa harus
membaca secara kritis terhadap bacaan yang dibacanya agar siswa memahami
isinya. Berpikir kritis merupakan salah satu tujuan pendidikan yang memerlukan
latihan-latihan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan membuat
keputusan rasional tentang apa yang diperbuat atau apa yang diyakini. Dewey
(dalam Fisher, 2008:2) menyatakan bahwa berpikir kritis adalah mempertimbangkan
secara aktif, terus-menerus, dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan
dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan
yang menjadi kecenderungannya. Dalam definisi tersebut, berpikir kritis
dimaknai sebagai sebuah proses yang aktif, terus-menerus, dan teliti tentang
sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan dengan berfokus pada pengambilan
keputusan untuk meningkatkan kualitas pemikirannya.
Keadaan yang ada pada siswa SD/MI Pada umumnya menunjukkan
belum maksimalnya fungsi berpikir individu, terlebih lagi kemampuan berpikir
kritis berupa kemampuan memproses fakta dan data, kemampuan membaca, menulis,
serta evaluasi secara tepat dan analitis. Belum maksimalnya berpikir individu
tersebut khususnya siswa kelas enam dapat diketahui dari prestasi nilai ujian
nasional tiap tahun yang masih standar. Budaya kritis yang belum maksimal pada
siswa SD/MI dikarenakan kurangnya usaha pembentukan dan penanaman kebiasaan
bersikap dan berpikir kritis sejak dini. Keluarga dan sekolah sebagai institusi
pendidikan utama dan mendasar bagi perkembangan individu kurang mengkondisikan
sikap dan pemikiran kritis secara optimal sehingga lahirlah individu-individu
yang pasif, tidak cepat tanggap dan tidak mampu menyelesaikan persoalan atau
menyikapi kondisi aktual masyarakat secara kritis, oleh karena itu diharapkan
dari penelitian ini dapat diketahui kemampuan berpikir kritis siswa pada
tingkat tersebut yang diungkap melalui kegiatan membaca siswa sehingga dari
hasil penelitian tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk lebih
meningkatkan kualitas pembelajaran yang menyangkut kegiatan berpikir kritis
siswa.
Post a Comment for "Berpikir Kritis Sejak Dini"