Analisis Butir Soal dan Tingkat Kesukaran Tes
Menurut Azwar (2000:142), analisis soal tes
merupakan bentuk analisis hasil tes,
yaitu analisis sehubungan dengan kualitas tes yang telah diselenggarakan guna
mengali informasi mengenai kualitas tes yang telah diselenggarakan. Analisis
ini sangat penting, karena mengetahui kualitas tes yang diselenggarakan, akan
membantu pengajar mengetahui apa saja hal yang berkaitan dengan pengembangan,
penyusunan, dan pengunaan tes yang telah baik dan perlu dipertahankan. Adapun
kekurangan-kekurangan akan dapat diperbaiki untuk tes selanjutnya.
Menurut Ahmann dan Glock (1977:160), mengkaji ulang masing-masing butir soal
untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari butr soal disebut dengan
analisis butir soal.
Pada analisis butir soal untuk tes tipe objektif,
kualitas butir soal dilihat paling tidak dari dua kriteria atau dua parameter.
Parameter dalam analisis butir soal tes itu adalah (a) tingkat kesukaran butir
soal dan (b) daya beda/deskriminasi butir soal. Dua parameter ini dihitung
secara terpisah. Namun dalam evaluasi atau analisis terhadap butir soal,
keduanya tidak berdiri sendiri-sendiri melainkan dilihat sebagai kesatuan
komponen yang akan menentukan apakah suatu butir soal yang dianggap baik atau
tidak.
Kesimpulan mengenai kualitas butir soal tes akan
membawa pada keputusan mengenai dapat atau tidaknya butir soal tersebut
dipakai. Kesimpulan mengenai kualitas butir soal tes tersebut akan menjadi
dasar tindak lanjut pada butir soal tersebut, apakah harus dibuang, apakah
hanya perlu diperbaiki, atau memang sudah memenuhi syarat sehingga dapat
dipakai dan dimasukkan ke dalam bank soal yang akan diujikan.
Dengan demikian, adanya uji tingkat kesukaran dan
daya beda/deskriminasi butir soal guna mengetahui kualitas butir soal sangat
dibutuhkan. Berikut ini adalah penjelasan lebih dalam mengenai tingkat
kesukaran dan daya beda/deskriminasi butir soal.
Tingkat Kesukaran Butir Soal
Tingkat kesukaran butir soal tes menunjukkan
seberapa sulit atau mudahnya butir-butir soal tes dan tes secara keseluruhan
yang telah diselenggarakan (Djiwandono, 1996:140). Indeks tingkat kesukaran
merupakan rasio antara penjawab item dengan benar dan banyaknya penjawab item
(Gronlund, 1982:102). Analisis tingkat kesukaran menunjukkan apakah butir soal
tes itu tergolong terlalu sulit, sulit, sedang, mudah, atau terlalu mudah.
Melalui kajian dan analisis tingkat kesukaran terhadap tes tes yang diujikan,
akan dapat diungkapkan kelayakan soal tes, baik masing-masing butir soal tes
maupun keseluruhan soal tes.
Baca
Juga
Analisis tingkat kesukaran itu perlu dilakukan
karena dalam peyelenggaraan tes, secara umum perlu diusahakan agar tes yang
dilakukan tidak terlalu sulit atau terlalu mudah. Tes yang terlalu mudah
sehingga semua atau hampir semua peserta tes dapat menjawab soal dan mendapat skor tinggi,
tidak akan memberikan informasi untuk menunjukkan peserta tes mana yang
benar-benar memiliki tingkat kemampuan tinggi dan peserta tes yang memiliki
tingkat kemampuan rendah. Dengan tes yang terlalu mudah, semua peserta tes akan
dapat menjawab dengan benar dan semua tampak pandai. Sebaliknya, pada tes yang
terlalu sulit, butir tes yang diujikan terlalu sulit sehingga tak seorangpun
atau hanya sedikit peserta tes yang mampu menjawab dengan benar dan memperoleh
skor tinggi, akibatnya semua siswa tampak kurang menguasai kompetensi.
Kedua kemungkinan di atas, tidak sesuai dengan
keadaan wajar dan tidak sesuai dengan kondisi normal. Dalam kondisi normal yang
sering terjadi dalam kebanyakan kelas, terdapat sejumlah besar anggota yang
memiliki kemampuan normal atau rata-rata dan sejumlah kecil anggota yang
memiliki kemampuan sedikit di atas dan sedikit di bawah rata-rata. Oleh karena
itu, adanya soal atau butir soal yang memiliki ciri-ciri ekstrim semacam itu
(terlalu sulit atau terlalu mudah) perlu ditanggapi secara seksama karena tidak
sesuai dengan kondisi normal.
Indeks kesukaran butir-butir soal tes merupakan
rasio antara penjawab item soal yang benar dengan banyaknya penjawab item soal
itu. Taraf tingkat kesukaran suatu item soal dinamakan dalam suatu indeks yang
dinamakan indeks kesukaran butir soal.(p).
Secara teoritik dikatakan bahwa (p)
sebenarnya merupakan probabilitas empirik untuk lulus butir soal/item tertentu
bagi kelompok siswa tertentu.
|
Rumus :
Keterangan
: (p) = tingkat kesukaran
n1
= jumlah siswa yang menjawab benar
N = jumlah siswa
Dalam menghitung (p) tidak membedakan antara kelompok atas dan kelompok bawah, dan
seluruh siswa dalam perhitungan ini dijadikan satu(N). Besarnya tingkat kesukaran antara 0,00
sampai dengan 1,0.
Baca
Juga
Penentuan kriteria tingkat kesukaran yang digunakan
perlu disetujui berdasarkan beberapa pertimbangan. Pertimbangan tersebut berhubungan
dengan konsep analisis butir soal yang merupakan analisis yang bersifat
relatif dan tergantung pada sampel yang
dianalisis sehingga hasil analisis butir soal tidak selalu sama jika soal yang
sama diujikan pada sampel yang berbeda. Secara umum, Arikunto (2007)
menjelaskan klasifikasi
indeks kesukaran sebagai berikut:
1)
Soal dengan P antara 0,00 sampai 0,10
adalah soal sangat sukar
2)
Soal dengan P antara 0,11 sampai 0,30
adalah soal sukar
3)
Soal dengan P antara 0,31 sampai 0,70
adalah soal sedang
4)
Soal dengan P antara 0,71 sampai 0,90
adalah soal mudah
5)
Soal dengan P > 0,90 adalah soal
sangat mudah
Menurut
Gronlund (1974, 163), butir soal yang baik adalah butir soal dengan indeks
tingkat kesukaran yang berada di dekat 50%. Hal tersebut senada dengan pendapat
Djiwandono (1996:141), tingkat
kesukaran yang dianggap baik adalah tingkat kesukaran yang berada disekitar
0.50, baik untuk seluruh tes maupun untuk masing-masing butir tesnya dan
tingkat kesukaran butir-butir soal tes perlu diusahakan agar berada di antara
kedua angka tersebut, butir tes dengan tingkat kesukaran yang besarnya
mendekati 1.00 dan 0.00 perlu dihindari dan tidak digunakan, sedangkan butir
soal dengan tingkat kesukaran yang berada tidak jauh dari rentangan butir soal
yang ideal merupakan butir
soal yang layak untuk direvisi.
Penentuan
kriteria tingkat kesukaran butir soal disesuaikan dengan tujuan tes itu
sendiri. Untuk tes Ujian Akhir Semester (UAS) yang bertujuan untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa, soal
tes yang digunakan adalah soal yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu
mudah. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006:210), penentuan kelayakan
soal perlu memperhatikan tujuan penggunaan soal, jika soal tes digunakan untuk
memperoleh pencapaian hasil belajar siswa maka soal tes cenderung menggunakan
soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa kriteria tingkat kesukaran yang digunakan dalam Ujian
Akhir Semester (UAS) sebagai berikut.
Kategori
|
Keterangan (p)
|
Layak
|
0.30 sampai 0.70
|
Revisi
|
0.10 sampai 0.29 dan 0.71 sampai 0.90
|
Tidak Layak
|
0.00 sampai 0.09 dan 0.91 sampai 1.00
|
DAFTAR RUJUKAN
Ahmann,
J.S & Glock, D.G. 1977. Evaluating
Student Progress: Principles of Test and Measurement, 6th edition.
Boston: Allyn and Bacon.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta; Rineka Cipta.
Azwar,
Saifudin. 2000. Tes Prestasi: Fungsi dan
Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar, edisi 2. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Djiwandono,
M. Soenardi. 1996. Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: ITB
Gronlund,
N.E. 1982. Constructing Achievement Test,
3rd edition. Eaglewood Cliffs, N.J: prentice–Hall inc.
Post a Comment for "Analisis Butir Soal dan Tingkat Kesukaran Tes"