4 Kemampuan Berbahasa : Aktif dan Pasif
KONSEP DASAR MEMBACA
Membaca
adalah kegiatan yang bersifat aktif komunikatif. Aktif adalah keaktifan organ
mata pembaca pada waktu menelusuri kata demi kata dalam bacaan. Komunikatif
artinya antara penulis dan pembaca tidak hanya terjadi proses memberi dan
menerima (Martutik, 2001:3). Antara penulis dan pembaca juga terdapat
komunikasi secara tidak langsung karena melalui tulisan.
Pendapat
di atas senada dengan pendapat Rahim (2005:2), yang menyatakan bahwa membaca
adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar
menghafalkan tulisan tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir,
psikolinguistik, dan metakognitif. Jadi, bisa dikatakan bahwa membaca
melibatkan banyak aktivitas otak, ada dua kegiatan (komunikatif), serta
aktivitas lain yang telah disebutkan.
Baca Juga :
Hubungan
antara membaca dengan menulis sangat erat. Bedanya adalah membaca merupakan
aktivitas otak sedangkan menulis adalah aktivitas lanjutan yang berupa
aktivitas fisik dari membaca dan menghasilkan produk berupa tulisan. Bisa
dikatakan bahwa membaca merupakan kegiatan awal untuk bisa menulis.
Tujuan membaca
menurut Rahim (2005:11) mencakup yakni (1) kesenangan, (2) menyempurnakan
membaca nyaring, (3) menggunakan strategi tertentu, (4) memperbaharui
pengetahuannya tentang suatu topik, (5) mengaitkan informasi baru dengan
informasi yang telah diketahuinya, (6) memperoleh informasi untuk laporan lisan
atau tertulis, (7) mengkonfirmasi atau menolak prediksi, (8) menampilkan suatu
eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks, dan
(9) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.
Jenis-jenis membaca
menurut Rahim (2005:121) yakni membaca
dalam hati dan membaca nyaring. Membaca dalam hati memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memahami teks yang dibacanya secara lebih
mendalam. Membaca dalam hati memberikan kesempatan kepada guru untuk mengamati
reaksi dan kebiasaan membaca siswa.
Artikel Lainnya :
Adapun
membaca nyaring adalah kegiatan
membaca dengan cara menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan
intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang
disampaikan oleh penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan, sikap, ataupun
pengalaman penulis (Junaidi, 2009).
Pendapat
yang berbeda dikemukakan oleh Pratama (2009) yang membagi jenis membaca
berdasarkan tujuannya dan kecepatan membaca. Membaca berdasarkan tujuannya
dibagi menjadi membaca ekstensif dan intensif. Membaca ekstensif yakni cara membaca yang dilakukan terhadap
sebanyak-banyaknya teks dalam waktu sesingkat mungkin.
Adapun membaca intensif adalah
membaca untuk menganalisis dan memahami bahan secara teliti dan mendalam.
Membaca dibagi menurut kecepatan membacanya yakni membaca reguler, membaca
sekilas (scanning), membaca cepat (skimming), dan membaca dengan kecepatan
tinggi (warp speed).
KONSEP DASAR MENULIS
Tarigan
(1982:5) menyebut bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka
dengan orang lain. Adapun pendapat dari Nurhadi (2008:5) yang mengatakan bahwa
menulis adalah kegiatan melahirkan ide dan mengemas ide itu ke dalam bentuk
lambang-lambang grafis berupa tulisan yang bisa dipahami orang lain.
Pendapat
yang senada juga dikemukakan oleh Nurchasanah (2004:99) yang mengatakan bahwa
menulis merupakan proses menuangkan atau memaparkan informasi yang berupa
pikiran, perasaan, atau kemauan dengan menggunakan wahana bahasa tulis
berdasarkan aturan tertentu sesuai dengan kaidah bahasa yang digunakan.
Baca Juga :
Berdasarkan
pengertian-pengertian menulis di atas dapat disimpukan bahwa menulis adalah
kegiatan produktif untuk menuangkan ide,
gagasan, pikiran, dan perasaan melalui wahana bahasa tulis (lambang-lambang
grafis) dan dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Dapat
disebut berkomunikasi secara tidak langsung karena cara menyampaikan gagasan melalui
media tulisan tidak dengan cara bertatap muka langsung.
Berdasarkan
definisi dari beberapa ahli diatas, dapat diketahui bahwa pada keterampilan menulis terdapat kegiatan
produktif yang berarti ada produk baru yang dihasilkan. Selain itu, juga ada kegiatan
ekspresif yakni kegiatan untuk mengeluarkan, menuangkan ekpresi dan perasaan
dalam tulisan itu.
Hal
ini didukung oleh pendapat dari Nurhadi (2008:3) yang mengatakan bahwa menulis
merupakan kegiatan yang bersifat aktif dan produktif. Selain itu, pendapat dari
Tarigan (1982:5) yang menyatakan bahwa kegiatan menulis merupakan kegiatan yang
produktif dan ekspresif.
Resmini
(2011) yang mengatakan bahwa membaca dan
menulis merupakan dua kemampuan berbahasa yang saling berkaitan. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa membaca dan menulis merupakan kegiatan yang saling
berhubungan. Hal ini dikarenakan sebuah tulisan dihasilkan dengan tujuan untuk
dibaca.
Baca Juga :
Tujuan
utama dari sebuah tulisan adalah untuk berkomunikasi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Widodo (1993:2) yang menyatakan bahwa menulis itu berkomunikasi. Jadi,
melalui tulisan, pembaca akan mendapatkan informasi dari penulis berupa ide
atau gagasan milik si penulis. Dengan kata lain, penulis berkomunikasi secara
tidak langsung dengan pembaca.
Nurhadi
(2008:7), menyebutkan ada empat tahap
dalam menulis yakni (1) tahap prapenulisan, (2) tahap pencarian gagasan,
(3) tahap penemuan gagasan, (4) tahap pengembangan gagasan. Tahap prapenulisan
meliputi kegiatan untuk menyiapkan alat tulis sebelum memulai menulis. Tahap
pencarian gagasan meliputi kegiatan untuk mencari gagasan yang diinginkan sebagai
inspirasi untuk menulis.
Tahap
penemuan gagasan meliputi kegiatan untuk menemukan gagasan yang sudah dicari
dan memilih gagasan yang diinginkan. Adapun tahap pengembangan gagasan meliputi
tahap untuk mengolah ide mentah untuk menjadi gagasan yang utuh dan dituangkan
dalam bentuk tulisan.
KONSEP DASAR MENDENGARKAN
Seringkali
orang menyamakan antara kegiatan
menyimak dengan kegiatan mendengar. Padahal keduanya sangat berbeda. Orang
yang sedang mendengar belum tentu sedang menyimak. Bisa dikatakan bahwa
menyimak lebih kompleks daripada mendengar. Kegiatan menyimak berada pada
tataran mendengarkan yang lebih kompleks.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, mendengar adalah (1) dapat menangkap suara
(bunyi) dengan telinga; tidak tuli;(2) menangkap suara (bunyi) dengan telinga;
(3) mendapat kabar; (4) telah mendengarkan (dalam resolusi, keputusan,
dan sebagainya) mengingat dan sebagainya, memutuskan; (5) menurut;
mengindahkan.
Lihat Juga : Strategi, Metode,Pendekatan, dan Teknik Pembelajaran
Adapun
menyimak merupakan rentetan proses kejiwaan (perhatian, motivasi, emosi,
intelegensi, ingatan) mulai mengenal bunyi-bunyi bahasa, menyusun penafsiran,
memanfaatkan hasil penafsiran, dan menyimpannya serta menghubung-hubungkan
hasil penafsiran untuk memperoleh pemahaman komunikasi lewat bahasa lisan
(Soedjiatno, 1991:2).
Jadi
dapat disimpulkan bahwa kegiatan menyimak lebih kompleks daripada kegiatan
mendengarkan. Hal ini disebabkan karena menyimak merupakan kegiatan mendengar
yang lebih teliti, lebih sungguh-sungguh, dan lebih serius. Dengan kata lain,
menyimak merupakan kegiatan mendengar yang paling kompleks.
Menurut
Flara (2009), jenis mendengar dibedakan menjadi tiga berdasarkan tujuan yakni
mendengar untuk kesenangan, mendengar untuk informasi, dan mendengar untuk
membantu. Menurut Tarigan (dalam Melawi, 2010), mendengar dibedakan menjadi dua
yakni (1) mendengarkan ekstensif dan
(2) mendengarkan intensif.
Mendengarkan ekstensif
adalah proses mendengarkan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Mendengarkan
ekstensif dibagi menjadi mendengarkan sekunder (mendengarkan percakapan orang
lain atau percakapan radio), sosial (mendengarkan percakapan di terminal
stasiun, dan lain-lain), estetika (mendengarkan puisi atau cerpen yang
dibacakan), dan pasif (mendengarkan percakapan bahasa daerah sedangkan
pendengar menggunakan bahasa nasional). Adapun mendengarkan intensif adalah proses mendengarkan yang dilakukan
dengan sungguh-sungguh dengan konsentrasi yang tinggi untuk menangkap,
memahami, dan mengingat informasinya.
KONSEP DASAR BERBICARA
Menurut
Tarigan dalam Efendi (1994:30), berbicara adalah kemampuan untuk mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta
menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Jadi, dalam kegiatan berbicara
terdapat gabungan dari kata-kata yang disuarakan.
Baca Juga :
Sementara
itu, pendapat lain menyatakan bahwa berbicara dapat dipandang sebagai suatu
bentuk komunikasi lisan, suatu cabang ilmu tentang bahasa lisan, atau suatu
aktivitas berbahasa dengan menggunakan bahasa lisan (Saksomo, 1997: 2).
Berdasarkan
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa berbicara merupakan kemampuan untuk
mengucapkan kata-kata dengan suara sebagai suatu bentuk komunikasi lisan untuk
menyampaikan gagasan, pikiran, dan perasaan. Gagasan yang hendak disampaikan
oleh pembicara dituangkan dalam bentuk suara dan dipahami oleh pendengarnya.
Berbicara merupakan bentuk komunikasi secara langsung.
Menurut
Saksomo (1997:75), ada beberapa teknik dalam pengajaran wicara yakni (1) teknik pengajaran wicara terpimpin, (2)
teknik pengajaran wicara semi terpimpin,
dan (3) teknik pengajaran wicara bebas.
Teknik pengajaran wicara terpimpin
adalah teknik pengajaran dimana guru banyak memberikan kontrol kepada siswa
tentang bagaimana tindakan yang dilakukan siswa dalam pengajaran wicara. Teknik
pengajaran ini terdiri dari 3 macam yakni pengajaran wicara dengan bentuk
menyatakan kembali (reproduksi), pengajaran wicara dengan bentuk mengubah
kalimat, dan pengajaran wicara dengan bentuk membuat kalimat sendiri.
Teknik pengajaran wicara semi terpimpin
adalah teknik pengajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berbicara secara bebas, tetapi guru masih ikut mengontrol ucapan siswa jika
terdapat kesalahan. Teknik pengajaran ini dapat dilakukan dalam bentuk cerita
berantai, cerita reproduktif lisan, cerita reproduktif tulisan, cerita
reproduktif gambar, melaporkan isi bacaan, melaporkan isi pidato (Saksomo,
1997:82).
Teknik pengajaran wicara bebas
adalah teknik pengacaran wicara dimana siswa secara bebas dapat mengekspresikan
kalimat dan kata-katanya yang akan diucapkan. Teknik pengajaran ini dapat
dilakukan dalam bentuk wawancara, berdialog, bercerita, mengemukakan pendapat,
dan berdiskusi (Saksomo, 1997:87).
Jenis
berbicara menurut Logan (dalam Widi, 2011), dapat diklasifikasikan menurut lima
landasan yakni menurut situasi, tujuan, metode penyampaian, jumlah penyimak,
dan peristiwa khusus. Berbicara menurut landasan situasi yakni berbicara formal
dan informal. Berbicara formal jenisnya yakni ceramah, perencanaan dan
penilaian, interview, prosedur parlementer, dan bercerita. Adapun berbicara
informal jenisnya yakni tukar pengalaman, percakapan, menyampaikan berita,
menyampaikan pengumuman, bertelepon, dan memberi petunjuk.
Artikel Lainnya :
Jenis
berbicara menurut landasan tujuan yakni berbicara untuk menghibur,
menginformasikan, menstimulsikan, meyakinkan, atau menggerakkan pendengarnya.
Jenis berbicara menurut metode penyampaian yakni penyampaian secara mendadak,
penyampaian berdasarkan catatan kecil, penyampaian berdasarkan hafalan, dan
berbicara berdasarkan naskah. Adapun jenis berbicara berdasarkan peristiwa
khusus yakni pidato presentasi, pidato penyambutan, pidato perpisahan, pidato
jamuan, pidato perkenalan, dan pidato nominasi.
DAFTAR RUJUKAN
Efendi, Mohammad. 1994. Problem Bicara, Bahasa, dan Pembinaannya. Malang:IKIP Malang.
Junaidi, Wawan. 2009. Jenis-jenis
Membaca. (Online), (http://wawan-junaidi.blogspot.com), diakses tanggal 02 April 2020.
Martutik.
2001. Membaca sebagai Keterampilan
Berbahasa. Malang: Universitas Negeri Malang.
Nurhadi. 2008. Bagaimana Menulis.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Widodo,
Nurchasanah. 1993. Ketrampilan Menulis
dan Pengajarannya. Malang: IKIP Malang.
Pratama,
Riszal. 2009. Jenis-jenis Membaca dan
Kecepatan Membaca. (Online), (http://riszal92.blogspot.com),
diakses tanggal 02 April 2020
Rahim,
Farida. 2005. Pengajaran Membaca.
Jakarta: Bumi Aksara.
Saksomo, Dwi. 1997. Berbicara.
Malang: IKIP Malang.
Soedjiatno. 1991. Keterampilan Menyimak dan Pengajarannya 1.
Malang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Widi, Colin. 2011. Dasar-dasar
berbicara. (Online), (http://colinawati.blog), diakses tanggal02 April 2020
Pembahasan yang lengkap. Terima kasih
ReplyDelete