Apa Itu Apresiasi Sastra?
Secara etimologis,
apresiasi berasal dari bahasa Inggris “appreciation”
kata itu berarti penghargaan, penilaian, pengertian. Bentuk kata appreciation berasal dari kata kerja “to appreciate” yang berarti menghargai,
menilai, mengerti. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1989:53), apresiasi berarti kesadaran terhadap
nilai seni dan budaya. Mengapresiasi adalah kegiatan mengamati, menilai, dan
menghargai.
Menurut Siswanto(2008:1) apresiasi sastra adalah
proses penerimaan dan penikmatan karya sastra oleh pembaca dengan jalan
membaca, memahami, menganalisis, dan
menafsirkan karya sastra. Lebih lanjut, Aminuddin (2004:34) mengemukakan bahwa
apresiasi mengandung makna pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin, dan
pengakuan terhadap nilai-nilai yang keindahan yang dinungkapkan pengarang. Dalam proses apersiasi terdiri dari 3 unsur
penting, yakni (1) aspek kognitif, (2) aspek emotif, dan (3) aspek evaluatif.
Baca Juga :
Aspek kognitif berkaitan dengan keterlibatan pembaca memahami unsur-unsur
kesusastraan yang berobjektif. Unsur kesusastraan yang berobjektif berkaitan
dengan unsur yang terkandung dalam teks sastra atau unsur instrinsik dan unsur
ekstrinsik. Unsur intrinsik sastra meliputi tulisan, aspek bahasa, struktur
wacana, sedangkan unsur ekstrinsik berupa biografi pengarang, latar belakang penciptaan,
maupun latar sosial budaya yang mendukung teks sastra tersebut.
Aspek emotif berkaitan dengan
keterlibatan unsur emosi pembaca dalam menghayati keindahan dalam teks sastra
yang dibaca. Sedangkan aspek evaluatif berkaitan dengan kegiatan memberikan penilaian terhadap
baik-buruk, indah-tidak indah, sesuai-tidak sesuai suatu karya sastra.
Penilaian tidak harus hadir dalam bentuk kritik, tetapi secara personal cukup
dimiliki oleh pembaca.
Untuk dapat menikmati keindahan
serta memperoleh manfaat dari suatu karya sastra, seorang pembaca harus
bersikap kreatif. Sikap kreatif ini diperlukan dalam proses pemahaman terhadap
keseluruhan ujud karya sastra, penghayatan terhadap nilai-nilai yang
dikandungnya, penikmatan terhadap keindahan-keidahan yang disajikannya
(Syafi’ie, 1990:196). Kegiatan pemahaman, penghayatan, penghargaan, terhadap
karya sastra dengan sikap kreatif itu merupakan bentuk apresiasi sastra.
Baca Juga :
Dengan adannya perhatian
terhadap karya sastra dalam bentuk apresiasi dapat menumbuhkan kepekaan atau
keinsiatifan siswa terhadap nilai-nilai dalam karya sastra. dari uraian tersebu
dapat disimpulkan bahwa apresiasi sastra merupakan penghargaan, penilaian, dan
pengamatan terhadap karya sastra baik puisi maupun prosa, sehingga dapat
diperoleh penjiwaan yang benar-benar mendalam.
Kegiatan
Mengapresiasi Sastra
Secara garis besar,
kegiatan mengapresiasi sastra dapat terjadi secara reseptif dan produktif.
Apresiasi sastra terjadi ketika penikmat sastra secara intensif dalam membaca,
mendengarkan, dan menyaksikan suatu pementasan sastra. Dalam kegiatan tersebut,
karya sastra dijadikan sasaran apresiasi
reseptif dalam bentuk puisi, prosa, dan drama. Sementara itu, apresiasi sastra
secara produktif terjadi ketika penikmat sastra secara intensif terlibat dalam proses kreatif dan penciptaan
sastra. Sejalan dengan aktivitas apresiasi produktif, seorang penikmat sastra dapat menghasilkan karya sastra berbagai
bentuk sesuai dengan selera yang
dimilikinya.
Batasan kegiatan
apresiasi sastra sangat banyak. Salah satu diantaranya adalah Aminuddin. Aminuddin
(2004:36—37) menyatakan bahwa kegiatan apresiasi sastra terbagi menjadi dua,
yaitu kegiatan mengapresiasi sastra secara langsung dan kegiatan mengapresiasi
sastra secara tak langsung.
Kegiatan apresiasi sastra secara langsung adalah kegiatan
membaca atau menikamati cipta sastra berupa teks mapun peformansi secara
langsung. Kegiatan membaca teks sastra dapat berupa perilaku membaca, memahami,
menikmati serta mengevaluasi teks sastra baik prosa maupun puisi. Sedangkan
kegiatan mengpresiasi sastra pada peformansi misalnya melihat, mengenal,
memahami, menikmati, menanggapi atau memberikan penilaian terhadap pembacaan
puisi, cerpen atau pementasan drama.
Kegiatan apresiasi
sastra tak langsung dapat ditempuh dengan cara memahami dan mempelajari teori
sastra , membaca artikel tentang apresiasi sastra, membaca buku-buku yang
berkaitan dengan tatacara penilaian terhadap karya sastra. Selain itu, juga dengan cara membaca artikel
yang berhubungan dengan kesusastraan, baik majalah maupun surat kabar.
Baca Juga :
Kegiatan mengapresiasi sastra pada dasarnya adalah kegiatan
individual yang bersifat subjektif. Artinya setiap individu mempunyai kemungkinan-kemungkinan
pemahaman, penghayatan, yang berbeda sesuai dengan minat, kesungguhan,
kejujuran, kepekaan emosional, serta pengetahuan dan pengalaman kehidupannya
masing-masing (Syafi’ie, 1990:198). Kegiatan mengapresiasi sastra mencakup kegiatan apresiasi secara reseptif, apresiasi secara produktif, apresiasi
secara langsung, apresiasi secara tak langsung, apresiasi secara kreatif dan
apresiasi secara dokumentatif dapat
mengembangkan pengetahuan sastra pada siswa.
Dengan demikian, kegiatan-kegiatan apresiasi sastra
tersebut penting dilakukan untuk dapat menungkatkan kemampuan apresiasi. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa kegiatan apresiasi sastra dapat tercipta dengan baik
apabila seseorang mampu menikmati keindahanya dan menghayati nilai-nilai yang
terkandung dalam karya sastra tersebut serta mampu menciptakan karya sastra
yang diapresiasi sebagai bentuk sikap kreatif, sehingga melaksanakan kegiatan
apresiasi merupakan kebutuhan hidupnya.
Bekal
Awal Pengapresiasi Sastra
Apresiasi sastra tidak serta-merta. Ada beberapa bekal yang
mementukan kegiatan apresiasi sastra. Sebelum melakukan kegiatan apresiasi sastra,
seseorang diharuskan memiliki bekal awal
atau bekal minimal agar mampu melakukan kegiatan apresiasi sastra secara
maksimal. Menurut Saryono (1992:31), macam-macam bekal dasar apresiasi adalah
(1) kemauan, kesudian, dan ketetapan hati untuk menggumuli dan menggauli karya
sastra; (2) perasaan, keyakinan dan pikiran positif dan bermanfaat, berguna dan
faedah karya sastra dalam kehidupan manusia baik kehidupan sehari-hari maupun segi kehidupan tertentu; (3) adanya
dan dimilikinya pengamalan hidup sehari-hari, misalnya merasakan bunyi-bunyi
yang demikian merdu, keindahan-keindahan ketika mendengarkan sesuatu sesuai
dengan cita rasa dan tidak sesuai dengan cita rasa; (4) menguasai kemampuan dan
kemahiran berbahasa, misalnya menyimak, membaca, menulis, dan berbicara.
Lihat Juga : Analisis Butir Soal dan Tingkat KesukaranTes
Pendapat lain menyatakan, bahwa bekal awal yang harus
dimiliki seorang calon apresiator adalah: (1) kepekaan emosi sehingga mampu
memahami unsur-unsur keindahan di dalam cipta sastra, (2) wawasan pengetahuan,
penghayatan, dan pengalaman atas kehidupan dan kemanusiaan, (3) pemahaman aspek
kebahasaan, dan (4) kepekaan terhadap unsur-unsur intrinsik cipta sastra yang
berhubungan dengan telaah teori sastra (Aminuddin, 2004:38).
Kepekaan emosi merupakan penghayatan karya sastra
berdasarkan perasaan yang total, sehingga seorang apresiator dapat dengan
cermat memahami unsur-unsur keindahan yang ditampilkan karya sastra tersebut.
Selain itu, wawasan tentang karya sastra secara teoretis juga diperlukan dalam
proses mengapresiasi karya sastra. Hal ini karena apresiasi sastra mempunyai
batasan-batasan tertentu. Sebagai contoh,
proses apresiasi sastra terhadap puisi tentu berbeda dengan proses
apresiasi terhadap novel atau cerpen.
Di samping itu, pemahaman aspek gaya bahasa juga perlu
dikuasai oleh apresiastor. Pemahaman
aspek bahasa sangat berperan dalam proses analisis gaya bahasa yang terdapat
dalam sebuah karya sastra. Bekal selanjutnya adalah kepekaan terhadap unsur
intrinsik karya sastra, yaitu kemampuan menelaah sebuah karya sastra
berdasarkan unsur-unsur intrinsik sebagai pembangun karya sastra.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan
bahwa karya sastra tidak cukup hanya dipahami melalui analisis kebahasaan
semata, namun juga harus melalui analisis teks sastra, baik prosa maupun puisi.
Hal ini karena setiap karya sastra memiliki ciri-ciri tersendiri yang berbeda
dengan ragam teks lain. Selanjutnya, dalam mengapresiasi karya sastra,
pengapresiasi harus memiliki bekal. Bekal yang dimaksud adalah mempunyai perasaan,
pengetahuan, dan pemahaman secara jelas tentang teori sastra sehingga dapat
melakukan proses apresiasi dengan benar.
DAFTAR
RUJUKAN
Aminuddin.
2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra.
Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Syafi’ie,
Imam. 1990. Penerapan Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA) dalam Pengajaran Sastra: Sekitar Masalah Sastra, Beberapa Prinsip
dan Model Pengembangannya. Malang: Yayasan Asah Asih Asuh.
Apresiasi merupakan bentuk nyata dari penikmat sastra bahwa mereke peduli terhadap karya tersebut
ReplyDelete