Perkembangan Cerita Fantasi Anak di Indonesia
Perkembangan
sastra di Indonesia mengalami pasang surut. Dari tahun ke tahun karya sastra
yang muncul beragam, mulai dari roman, novel, cerpen, puisi, drama, dan ragam
sastra lainnya. Karya sastra ini berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Begitu juga dengan sastra anak.
Dewasa ini, telah muncul sastrawan-sastrawan baru yang khusus
berkecimpung di dunia sastra anak. Kemunculan para sastrawan ini memiliki ciri
tersendiri, sehingga tiap karya yang dihasilkan akan memberikan keanekaragaman
dalam bentuk isi, gaya bahasa yang digunakan, tema, dan ciri lainnya. Namun, jika
dibandingkan dengan para sastrawan yang menghasilkan karya novel-novel untuk remaja
maupun dewasa, sastrawan yang menghasilkan sastra anak masih sangat sedikit.
Baca
Juga :
Selain itu, kemunculan para sastrawan
ini belum mampu menaikkan pamor sastra anak Indonesia apabila dibandingkan
dengan sastra anak terjemahan. Saat ini banyak anak-anak maupun orang dewasa
yang menyukai dan menggemari sastra anak terjemahan daripada sastra anak
Indonesia. Hal ini dapat diketahui dari toko-toko buku yang banyak menjual buku
anak-anak dari luar negeri yang sudah diterjemahkan, misalnya komik Crayon Sinchan, Conan, dan masih banyak
yang lain. Sastra anak asli Indonesia bahkan menjadi asing di negerinya
sendiri.
Keterasingan
sastra anak Indonesia di negeri sendiri bukan hanya karena meledaknya sastra
anak terjemahan. Akan tetapi, karya sastra yang sudah ada saat ini masih
mempunyai beberapa kelemahan, antara lain para sastrawan dalam negeri kurang
pandai memilih dan mengolah tema. Menurut Trimansyah (dalam Sugihastuti,
2002:74), satu hal penting yang menjadi kelemahan dalam perkembangan proses
kreatif novel-novel (sastra anak, novel anak) adalah tidak berkembangnya tema. Banyak
karya yang dihasilkan pengarang bertema sama, atau mirip dengan yang lain.
Dalam buku INPRES, sebagai upaya
pemerintah untuk menggalakkan bacaan anak, tema yang menonjol adalah tema
tentang perang kemerdekaan, tentang kemandirian seorang anak yang mengalami
kesulitan hidup, tentang lingkungan hidup, dan tentang keterampilan dan pengembangan
iptek.
Baca
Juga :
Hampir semua sastra anak Indonesia
memiliki tema yang mengandung unsur didaktik yang kuat, bahkan cenderung
menggurui. Tidak jauh berbeda dengan pendapat tersebut, Sarumpaet (dalam
Purbani, 2003) menilai bahwa karya sastra anak Indonesia lemah dari berbagai
segi, baik segi bahasa, penceritaan ataupun penokohan.
Namun, yang patut
diteladani adalah masih ada beberapa sastrawan yang konsisten dalam mencurahkan
perhatiannya pada bidang sastra anak. Salah satunya adalah Murti Bunanta. Murti
Bunanta merupakan sastrawan sekaligus pemerhati sastra anak. Ia adalah salah
satu sastrawan yang antusias memerhatikan kehidupan sastra anak di Indonesia.
Selain itu, ada Sugihastuti, Riris K.
Toha Sarumpaet, dan Christantiowati. Mereka inilah yang gigih memproduksi
literatur sastra anak, walaupun dalam periode awal, tulisan tersebut adalah
hasil olahan dari skripsi (Asrori, 2007). Sampai sekarang pun literatur sastra
anak masih terbatas.
Dewasa ini, sastra anak sudah mulai
berkembang dan mendapat apresiasi cukup baik, meskipun masih kalah saing dengan
sastra remaja maupun dewasa. Hal ini terlihat dari banyaknya buku-buku sastra
anak dengan beragam jenis, berdasarkan umur tertentu yang dikemas dengan
menarik.
Tidak hanya itu saja, banyak toko buku
yang menjual cerita anak dengan judul yang bervariasi. Pertambahan itu bukan
hanya dari jumlah bukunya saja, akan tetapi kualitas buku juga semakin baik.
Misalnya, bentuk cerita anak, format, dan ilustrasi yang ada dalam sastra anak
beragam. Tema yang digunakan pengarang juga bervariasi bergantung pada tujuan
penulisannya.
Baca
Juga :
Perkembangan
sastra anak juga dapat dilihat dari penyebarannya. Jika pada zaman dahulu
cerita anak dikisahkan secara lisan, seperti dongeng, maka saat ini cerita anak
sudah berkembang dalam dunia cetak. Sekarang ini sastra (cerita) anak tidak
lagi terbatas hanya dilisankan, dalam bentuk sastra tulis pun, sastra anak
menyebar luas sehingga dapat melampaui banyak batas wilayah (Sugihastuti,
2002:71). Perkembangan sastra anak ini tidak lain juga berkaitan dengan
perkembangan teknologi informasi di Indonesia.
Sampai saat ini buku sastra
anak yang bermunculan sangat beragam. Buku sastra anak bisa berbentuk novel
anak, cerita pendek anak atau kumpulan cerita pendek anak, puisi anak ataupun
ragam lainnya. Ragam sastra anak ini tidak terbatas pada bentuk buku saja,
tetapi juga terdapat dalam majalah anak, misalnya majalah Bobo, Mentari, dan
majalah anak lainnya. Sastra anak bisa ditulis oleh anak-anak maupun orang
dewasa.
Sekarang ini banyak bermunculan buku cerita
anak yang ditulis oleh anak-anak. Cerita anak-cerita anak yang ditulis oleh
penulis anak (penulis cilik) yang
dapat ditemukan saat ini adalah cerita anak yang
terangkum dalam buku serial Kecil-kecil Punya Karya (KKPK), sedangkan cerita
anak yang ditulis oleh orang dewasa dapat ditemukan dalam kumpulan cerita anak
atau dalam majalah anak-majalah anak seperti majalah Bobo, Mentari, dan majalah
anak lainnya.
Lihat
Juga : Ceramah Bertema Pendidikan Moral
Dari berbagai
cerita anak yang dapat ditemukan dalam buku kumpulan cerita anak ataupun
majalah anak-majalah anak, ada salah satu ragam yang tidak kalah menarik dengan
ragam sastra anak lainnya untuk dibaca, yaitu cerita fantasi.
Cerita
fantasi anak saat ini termasuk salah satu ragam sastra anak yang banyak
diminati karena dalam cerita fantasi anak tidak hanya menyuguhkan
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan seperti biasanya. Cerita
fantasi anak juga memanfaatkan unsur imajinasi dan fantasi yang diolah
sedemikian rupa sehingga membuat cerita anak lebih menarik. Peristiwa
atau tokoh dalam cerita fantasi tidak dapat ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya tokoh yang diangkat berupa hewan atau objek lain yang
bisa berkomunikasi dengan manusia, atau sebaliknya. Hal
inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para pembacanya, khususnya
anak-anak.
Cerita fantasi anak tidak hanya
menyuguhkan cerita yang bertujuan untuk memberikan hiburan semata, akan tetapi
cerita fantasi anak juga hadir untuk memberikan “sesuatu” yang baru dan
bermanfaat bagi pembacanya. Unsur imajinasi yang terkandung dalam cerita
fantasi dapat membantu merangsang imajinasi anak. Anak-anak
juga akan memeroleh pengetahuan dan pengalaman baru yang disuguhkan pengarang
melalui alur cerita sebagaimana terdapat dalam ragam cerita anak yang lain.
Pengalaman dan pengetahuan itu akan
bertambah setelah anak-anak membaca jenis-jenis fantasi anak yang berbeda. Cerita
fantasi anak memiliki beberapa jenis, yaitu fantasi sederhana untuk pembaca
anak-anak, dongeng tertulis, binatang dengan kemampuan khusus, makhluk-mahkluk
aneh, orang-orang dengan kemampuan khusus, mainan dan boneka yang dapat
berbicara, benda ajaib, perjalanan melewati waktu dan ruang, tingkatan fantasi,
dan kekuatan jahat (Stewig, 180:409—442). Dengan adanya jenis-jenis cerita
fantasi ini, anak-anak bebas memilih jenis yang disukai.
DAFTAR
RUJUKAN
Asrori, M. 2007. Setangkup Problematika Sastra Anak Indonesia, (Online), (http://warungfiksi.net/setangkup-problematika-sastra-anak-indonesia/),
diakses 3 April 2020.
Purbani. 2003. Mendidik Anak melalui Karya Sastra,
(Online), (http://id.voi.co.id/fitur/voi-pesona-indonesia/6748-mendidik-anak-melalui-karya-sastra.html),
diakses 03 April 2020.
Stewig,
J.W.1980. Children and Literature.
Chicago: Rand Mçnally Education Series.
Sugihastuti. 2002. Serba-serbi Cerita Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Post a Comment for "Perkembangan Cerita Fantasi Anak di Indonesia"