Cerpen Bertema Persahabatan - Hari yang Kutunggu
Pada hari ini, Artikel Kami akan kembali memposting salah satu karya sastra yang menarik, yaitu cerpen. Setelah pada postingan sebelumnya sudah memposting Cerpen Cinta Romantis. Cerpen ini merupakan karya dari Herdina Zahra. Cerita pendek tersebut bertemakan cerpen persahabatan. Daripada penasaran, langsung saja dibaca selengkapnya di bawah ini.
Seperti biasa ia bangun pagi untuk membuat roti. Sebelum itu ia tak lupa membuat makanan untuk kakek dan neneknya. Saat ia membuat roti untuk di jual, kakek dan nenek nya pergi ke ladang untuk berkebun. Membuat roti sudah menjadi hobi Lisa dan semua menyukainya. Tidak seperti roti biasanya, roti buatan Lisa begitu disukai dan terkenal dengan rasanya yang enak. Entah seperti ada bumbu rahasia didalamnya.
Saat nya untuk membuka toko roti. belum juga toko dibuka sudah banyak yang mengantri diluar sana. Lisa sangat senang karna banyak yang menyukai roti buatannya. Disamping itu ia berpikir untuk membuka kedai dikota. Tak lupa ia untuk memberitahukan rencananya itu kepada kakek dan neneknya.
Hari sudah gelap saatnya ia membereskan semua dan segera menutup toko. Malam itu Lisa berniat memberitahukan apa yang ia rencanakan kepada kakek dan neneknya. Selesai makan malam Lisa pun memulai pembicaraan. “ Kek, Nek ada yang ingin Lisa sampaikan. Lisa ingin sekali membuka kedai dikota”. Tiba-tiba suasana menjadi hening. “Awalnya Lisa hanya berpikir begitu saja, tapi kalau di pikir-pikir lagi ada untungnya, Lisa ingin roti buatan Lisa semakin banyak dikenal orang, bukan hanya warga di desa ini saja. “Apa kamu yakin?” tanya kakek. “Lisa yakin Kek,
Lisa sudah merencanakan ini sejak lama.” “Tapi, bagaimana cara membuka kedai disana, sedangkan kita saja belum pernah ke kota”. Seketika Lisa terdiam dan terlintas di benak nya untuk ke kota dan melihat keadaan disana. “Kek,Nek Lisa berniat untuk ke kota besok”. “Bagaiman dengan tokonya? Siapa yang akan menjual roti?”. Tanya Nenek.
“Jangan tergesa-gesa pikirkan dengan matang, tidak semudah itu membuat kedai disana”. “Tapi Kek apa salahnya kita mencoba, ini juga demi usaha roti kita agar lebih berkembang lagi”. Lisa mencoba menjelaskan apa yang ada dibenaknya tetapi Kakek dan Neneknya tetap tidak begitu yakin dengan keputusan Lisa.
Keesokan harinya Lisa sudah bertekad untuk pergi kekota, ia berpamitan kepada Kakek dan Neneknya. Apalah daya Kakek dan Neneknya hanya bisa berdoa untuk cucu satu-satunya tersebut. Lisasaat itu hanya bermodalkan telepon genggam dan beberapa uang. Entah apa yang dia rencanakan, ia begitu bersemangat. Padahal dia belum tahu suasana dikota itu seperti apa.
Apakah ketinggalan di dalam angkutan”. Ia bergegas untuk mencari dompetnya tetapi tidak ketemu juga. Ia pun bertanya kepada supir angkot tersebut. “Pak, apakah bapak melihat dompet berwarna merah mudah di dalam angkot ini?”.
“Waduh saya tidak tahu neng, sepertinya neng kecopetan deh,hati-hati neng di sini memang banyak sekali pencopet”. Seketika badan Lisa lemas tak bertenaga. Tidak ada uang sepersen pun ia pegang. Lisa pun tak tahu harus kemana dan ia tidak tahu bagaimana caranya untuk kembali ke desa, sementara dompetnya hilang di curi. Hanya ada sisa sepotong roti yang ia bawa dari desa. Ia pun menangis merasa bersalah karna tidak mendengarkan nasihat Kakek dan Neneknya. Sepertinya Lisa harus belajar tidak tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu.
Hari sudah semakin gelap ia segera mencari tempat untuk tidur sementara. Tidak disangka hari itu juga turun hujan yang cukup lebat. Saat ia berlari mencari tempat untuk berteduh, ia tidak melihat ada mobil melaju kencangyang hampir saja menabraknya. Untung saja mobil itu segera berhenti dan hampir saja menghantam tubuh Lisa. Akhirnya pemilik mobil itu turun dan memarahi Lisa saat itu juga. “Hey kamu, kalau jalan itu lihat-lihat dong, hampir aja aku nabrak kamu.” “Maaf-maaf Mas saya ngak tahu, sekali lagi saya minta maaf”. “Yaudah minggir sana jangan ditengah jalan”. Mobil itu akhirnya melaju dengan kencangnya meninggalkan Lisa.
Ia berteduh di teras depan kedai dan menangis kebingungan entah apa yang harus ia lakukan. Sampai keesokan harinya pemilik kedai itu membangunkannya. “Maaf mbak, kedainya mau saya buka”. Ia pun terbangun. “Oh iya mbak, maaf saya sudah menumpang tidur disini”. “Iya mbak tidak apa-apa”.. “Memangnya mbak tidak punya tempat tinggal?”. Tanya pemilik kedai tersebut. “Saya dari desa mbak, saat sampai di sini saya kecopetan dan saya tidak memegang uang sepersen pun, saya tidak bisa menghubungi keluarga saya di desa, apalagi saya belum tahu keadaan di kota.” “Astaga kasihan sekali, jadi mbak disini sendirian?”.
Hari itu Lisa sangat bahagia bisa bertemu dengan Putri pemilik kedai roti itu. 1 minggu ia bekerja disana sudah banyak pengunjungyang tertarik untuk berkunjung dan membeli roti buatannya. Sepertinya tidak di desa saja, roti buatan Lisa dalam waktu hitungan hari sudah menjadi populer di kota tersebut. “Wah jarang sekali kedai ini ramai seperti ini, kamu memang hebat Lis”. “Iya mbak, saya jadi ingat toko roti saya yang ada di desa”. “Nanti kamu tutup kedai ini lebih awal ya, saya mau ajak kamu kerumah saya untuk makan malam”. Lisa pun mengiyakan nya.
Malam pun tiba, seperti yang telah di janjikan, Putri dan Lisa akan makan malam bersama. Sesampainya di rumah Putri, Lisa terkagum-kagum melihat seisi rumah yang penuh dengan barang-barang mewah. Putri pun membawa Lisa ke kamar tamu. “ Kalau mau mandi kamar mandi nya ada di sana, setelah itu kamu turun untuk makan malam, oh iya ganti pakaian kamu juga, baju nya ada di lemari situ yah”. Lisa pun mengangguk “Iya mbak”.
Selesai mandi Lisa pun turun untuk makan malam. Putri mempersilahkan Lisa untuk duduk “Silahkan duduk”. Lisa melihat di meja itu banyak sekali makanan yang terjejer rapi. Kalau di desa seperti kenduri awal tahun. Saat di tengah-tengah makan malam, terdengar suara mobil masuk bagasi. “Pasti itu Radit”. “Sebentar ya Lis”. “Siapa Radit itu ya, apa mungkin kekasihnya?” gumam Lisa dalam hati. “Radit ini Lisa, karyawan baru kakak yang pernah kakak ceritain”. Lisa pun berbalik arah dan melihat sosok pria yang bernama Radit itu. “Lisa, ini Radit adik kandung saya”.
Tiba-tiba saja Lisa teringat dengan wajah yang familiar itu. “Kamu!, kamu kan cewek yang waktu itu di tengah jalan”. Tiba-tiba saja pernyataan Radit membuat Putri kakak nya terheran-heran. “Kamu sudah pernah bertemu dia?”. “Iya kak, ini cewek yang pernah aku ceritain waktu itu ke kakak yang hampir aja aku tabrak”. “Maaf mas waktu itu turun hujan lebat saya gak liat ada mobil di depan saya”. “Sudah-sudah kenapa harus di ributkan, yang terpenting kan kalian baik-baik aja, yuk makan, ini sudah disiapin semua”. Ajak Putri untuk menenangkan suasana. Untung saja ada Putri yang mencoba meredakan emosi Radit, mungkin Radit akan terus saja memarahi Lisa.
Selesai makan malam Putri pun bertanya kepada Lisa. “Lis, kapan rencana nya kamu akan kembali ke desa?”. “Saya akan kembali ke desa besok mbak, sudah 1 minggu saya disini, mungkin Kakek sama Nenek saya sangat khawatir sekarang”. “Yasudah besok saya sama Radit akan mengantar kamu kembali ke desa, saya juga penasaran sama toko roti yang ada di desa kamu”. “Iya mbak, terimakasih banyak sudah menolong saya dan memberi saya tempat tinggal di sini”.
Esok harinya Putri dan Radit mengantar Lisa untuk kembali ke desa. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 3 jam dengan mobil akhirnya mereka pun sampai. Saat itu juga Kakek dan Neneknya sangat gembira melihat cucu tersayangnya itu sudah kembali pulang. Betapa khawatirnya Kakek dan Neneknya itu selama 1 minggu ini tidak ada kabar dari sang cucu.
“Kek,Nek ini mbak Putri sama mas Radit yang telah menolong Lisa di kota selama ini”. “Terima kasih ya sudah menolong cucu kami”. “Iya Kek kebetulan kami sama-sama membuka usaha roti”. Perbincangan mereka tak berhenti di situ saja. Mereka saling bertukar cerita mengenai suasana di desa dan di kota.
Setelah puas berbincang-bincang Lisa mengajak Putri beserta Radit ke toko roti miliknya. “Dimana toko roti milikmu Lis?”. “Mari mbak ikut saya”. Toko roti milik Lisakurang lebih 100 meter tidak jauh dari rumahnya. Sesampainya di lokasi, Putri membantu Lisa membuka toko di bantu dengan Radit. Sementara Lisa menyiapkan segala kebutuhan untuk membuat roti. Dia sudah rindu dengan hobinya itu dan tidak sabar untuk menjualnya.
Tiba-tiba terlintas di pikiran Putri untuk menjalin kerja sama dengan Lisa. “Eh Lis setelah aku pikir-pikir kalau kita mengadakan kerja sama untuk usaha roti ini, bagaimana menurutmu?”. Lisa masih keheranan. Putri pun menjelaskan lebih detail lagi. “Begini loh Lis, supaya usaha roti kita lebih berkembang lagi, aku mau mengadakan kerja sama denganmu.
Roti buatan mu bisa di jual di kedai ku juga. Siapa tahu kamu bisa membuka kedai roti di kota seperti impianmu itu”. Lisa pun terdiam dan berpikir sejenak. “Iya juga ya mbak, ada bagusnya juga ide mbak Putri”. Tidak berpikir panjang Lisa pun menyetujui nya. “Baiklah saya setuju”. Kerja sama itu akhirnya mereka berdua sepakati. Akhirnya Kerja keras Lisa selama ini membuahkan hasil.
Baiklah, setelah membaca cerpen persahabatan tersebut kesan apa yang terngiang di hati sobat? Silakan untuk memberikan tanggapan, kritik, dan saran pada kolom komentar yang sudah disediakan. Sampai jumpa.
Cerpen Persahabatan - Hari yang Kutunggu
Tepat 10 tahun yang lalu saat Lisa berumur 3 tahun orang tuanya meninggal dalam kecelakaan. Mobil yang di kendarai tiba-tiba rem nya blong dan akhrinya masuk jurang. Di dalam mobil itu hanya Lisa yang selamat. Lisa kecil diasuh oleh kakek dan neneknya di desa. Setiap harinya dia membantu kakek dan neneknya membuat roti. Ia tumbuh menjadi gadis yang cantik. Ia dikenal dengan nama si gadis roti.Seperti biasa ia bangun pagi untuk membuat roti. Sebelum itu ia tak lupa membuat makanan untuk kakek dan neneknya. Saat ia membuat roti untuk di jual, kakek dan nenek nya pergi ke ladang untuk berkebun. Membuat roti sudah menjadi hobi Lisa dan semua menyukainya. Tidak seperti roti biasanya, roti buatan Lisa begitu disukai dan terkenal dengan rasanya yang enak. Entah seperti ada bumbu rahasia didalamnya.
Saat nya untuk membuka toko roti. belum juga toko dibuka sudah banyak yang mengantri diluar sana. Lisa sangat senang karna banyak yang menyukai roti buatannya. Disamping itu ia berpikir untuk membuka kedai dikota. Tak lupa ia untuk memberitahukan rencananya itu kepada kakek dan neneknya.
Hari sudah gelap saatnya ia membereskan semua dan segera menutup toko. Malam itu Lisa berniat memberitahukan apa yang ia rencanakan kepada kakek dan neneknya. Selesai makan malam Lisa pun memulai pembicaraan. “ Kek, Nek ada yang ingin Lisa sampaikan. Lisa ingin sekali membuka kedai dikota”. Tiba-tiba suasana menjadi hening. “Awalnya Lisa hanya berpikir begitu saja, tapi kalau di pikir-pikir lagi ada untungnya, Lisa ingin roti buatan Lisa semakin banyak dikenal orang, bukan hanya warga di desa ini saja. “Apa kamu yakin?” tanya kakek. “Lisa yakin Kek,
Lisa sudah merencanakan ini sejak lama.” “Tapi, bagaimana cara membuka kedai disana, sedangkan kita saja belum pernah ke kota”. Seketika Lisa terdiam dan terlintas di benak nya untuk ke kota dan melihat keadaan disana. “Kek,Nek Lisa berniat untuk ke kota besok”. “Bagaiman dengan tokonya? Siapa yang akan menjual roti?”. Tanya Nenek.
“Jangan tergesa-gesa pikirkan dengan matang, tidak semudah itu membuat kedai disana”. “Tapi Kek apa salahnya kita mencoba, ini juga demi usaha roti kita agar lebih berkembang lagi”. Lisa mencoba menjelaskan apa yang ada dibenaknya tetapi Kakek dan Neneknya tetap tidak begitu yakin dengan keputusan Lisa.
Keesokan harinya Lisa sudah bertekad untuk pergi kekota, ia berpamitan kepada Kakek dan Neneknya. Apalah daya Kakek dan Neneknya hanya bisa berdoa untuk cucu satu-satunya tersebut. Lisasaat itu hanya bermodalkan telepon genggam dan beberapa uang. Entah apa yang dia rencanakan, ia begitu bersemangat. Padahal dia belum tahu suasana dikota itu seperti apa.
Baca Juga : Cerpen Ayah Berhati BesarSetelah menempuh perjalanan selama 4 jam Lisa akhirnya sampai di kota. Ia begitu kebingungan dengan suasana baru di kota yang begitu ramai penduduknya. Banyak sekali yang ia jumpai di kota yang tidak ada di desa nya. Awalnya ia kebingungan entah ia mau kemana, sampai akhirnya ia tidak sadar bahwa dompetnya dicuri oleh seseorang. “Astaga dompetku, kemana ya hilangnya?
Apakah ketinggalan di dalam angkutan”. Ia bergegas untuk mencari dompetnya tetapi tidak ketemu juga. Ia pun bertanya kepada supir angkot tersebut. “Pak, apakah bapak melihat dompet berwarna merah mudah di dalam angkot ini?”.
“Waduh saya tidak tahu neng, sepertinya neng kecopetan deh,hati-hati neng di sini memang banyak sekali pencopet”. Seketika badan Lisa lemas tak bertenaga. Tidak ada uang sepersen pun ia pegang. Lisa pun tak tahu harus kemana dan ia tidak tahu bagaimana caranya untuk kembali ke desa, sementara dompetnya hilang di curi. Hanya ada sisa sepotong roti yang ia bawa dari desa. Ia pun menangis merasa bersalah karna tidak mendengarkan nasihat Kakek dan Neneknya. Sepertinya Lisa harus belajar tidak tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu.
Hari sudah semakin gelap ia segera mencari tempat untuk tidur sementara. Tidak disangka hari itu juga turun hujan yang cukup lebat. Saat ia berlari mencari tempat untuk berteduh, ia tidak melihat ada mobil melaju kencangyang hampir saja menabraknya. Untung saja mobil itu segera berhenti dan hampir saja menghantam tubuh Lisa. Akhirnya pemilik mobil itu turun dan memarahi Lisa saat itu juga. “Hey kamu, kalau jalan itu lihat-lihat dong, hampir aja aku nabrak kamu.” “Maaf-maaf Mas saya ngak tahu, sekali lagi saya minta maaf”. “Yaudah minggir sana jangan ditengah jalan”. Mobil itu akhirnya melaju dengan kencangnya meninggalkan Lisa.
Ia berteduh di teras depan kedai dan menangis kebingungan entah apa yang harus ia lakukan. Sampai keesokan harinya pemilik kedai itu membangunkannya. “Maaf mbak, kedainya mau saya buka”. Ia pun terbangun. “Oh iya mbak, maaf saya sudah menumpang tidur disini”. “Iya mbak tidak apa-apa”.. “Memangnya mbak tidak punya tempat tinggal?”. Tanya pemilik kedai tersebut. “Saya dari desa mbak, saat sampai di sini saya kecopetan dan saya tidak memegang uang sepersen pun, saya tidak bisa menghubungi keluarga saya di desa, apalagi saya belum tahu keadaan di kota.” “Astaga kasihan sekali, jadi mbak disini sendirian?”.
Cerpen Lainnya : Cerpen Singkat Persahabatan“Iya mbak, saya tidak tahu harus bagaimana caranya kembali ke desa”. “Pertama-tama Perkenalkan nama saya Putri, kebetulan sekali saya lagi mencari karyawan di kedai saya, jika mbak berminat saya bisa mempekerjakan mbak hari ini juga, lumayan mbak untuk biaya kembali ke desa”. “Nama saya Lisa mbak, senang bisa bertemu dengan mbak Putri, memangnya mbak Putri membutuhkan karyawan untuk apa?”. “Saya punya kedai roti kecil-kecilan” sambil menunjuk kedai yang ada di depan nya. Lisa baru tahu kalau tempat ia tidur semalam adalah kedai roti. “Wah kebetulan sekali mbak saya di desa juga membuat dan menjual roti”. “Bagus deh kalau begitu, silahkan bekerja mulai hari ini”. “Terima kasih mbak, terima kasih banyak”. Pertemuan nya dengan Putri membawa harapan besar untuk rencananya. Untung saja ia bertemu dengan orang baik seperti Putri.
Hari itu Lisa sangat bahagia bisa bertemu dengan Putri pemilik kedai roti itu. 1 minggu ia bekerja disana sudah banyak pengunjungyang tertarik untuk berkunjung dan membeli roti buatannya. Sepertinya tidak di desa saja, roti buatan Lisa dalam waktu hitungan hari sudah menjadi populer di kota tersebut. “Wah jarang sekali kedai ini ramai seperti ini, kamu memang hebat Lis”. “Iya mbak, saya jadi ingat toko roti saya yang ada di desa”. “Nanti kamu tutup kedai ini lebih awal ya, saya mau ajak kamu kerumah saya untuk makan malam”. Lisa pun mengiyakan nya.
Malam pun tiba, seperti yang telah di janjikan, Putri dan Lisa akan makan malam bersama. Sesampainya di rumah Putri, Lisa terkagum-kagum melihat seisi rumah yang penuh dengan barang-barang mewah. Putri pun membawa Lisa ke kamar tamu. “ Kalau mau mandi kamar mandi nya ada di sana, setelah itu kamu turun untuk makan malam, oh iya ganti pakaian kamu juga, baju nya ada di lemari situ yah”. Lisa pun mengangguk “Iya mbak”.
Selesai mandi Lisa pun turun untuk makan malam. Putri mempersilahkan Lisa untuk duduk “Silahkan duduk”. Lisa melihat di meja itu banyak sekali makanan yang terjejer rapi. Kalau di desa seperti kenduri awal tahun. Saat di tengah-tengah makan malam, terdengar suara mobil masuk bagasi. “Pasti itu Radit”. “Sebentar ya Lis”. “Siapa Radit itu ya, apa mungkin kekasihnya?” gumam Lisa dalam hati. “Radit ini Lisa, karyawan baru kakak yang pernah kakak ceritain”. Lisa pun berbalik arah dan melihat sosok pria yang bernama Radit itu. “Lisa, ini Radit adik kandung saya”.
Tiba-tiba saja Lisa teringat dengan wajah yang familiar itu. “Kamu!, kamu kan cewek yang waktu itu di tengah jalan”. Tiba-tiba saja pernyataan Radit membuat Putri kakak nya terheran-heran. “Kamu sudah pernah bertemu dia?”. “Iya kak, ini cewek yang pernah aku ceritain waktu itu ke kakak yang hampir aja aku tabrak”. “Maaf mas waktu itu turun hujan lebat saya gak liat ada mobil di depan saya”. “Sudah-sudah kenapa harus di ributkan, yang terpenting kan kalian baik-baik aja, yuk makan, ini sudah disiapin semua”. Ajak Putri untuk menenangkan suasana. Untung saja ada Putri yang mencoba meredakan emosi Radit, mungkin Radit akan terus saja memarahi Lisa.
Selesai makan malam Putri pun bertanya kepada Lisa. “Lis, kapan rencana nya kamu akan kembali ke desa?”. “Saya akan kembali ke desa besok mbak, sudah 1 minggu saya disini, mungkin Kakek sama Nenek saya sangat khawatir sekarang”. “Yasudah besok saya sama Radit akan mengantar kamu kembali ke desa, saya juga penasaran sama toko roti yang ada di desa kamu”. “Iya mbak, terimakasih banyak sudah menolong saya dan memberi saya tempat tinggal di sini”.
Esok harinya Putri dan Radit mengantar Lisa untuk kembali ke desa. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 3 jam dengan mobil akhirnya mereka pun sampai. Saat itu juga Kakek dan Neneknya sangat gembira melihat cucu tersayangnya itu sudah kembali pulang. Betapa khawatirnya Kakek dan Neneknya itu selama 1 minggu ini tidak ada kabar dari sang cucu.
“Kek,Nek ini mbak Putri sama mas Radit yang telah menolong Lisa di kota selama ini”. “Terima kasih ya sudah menolong cucu kami”. “Iya Kek kebetulan kami sama-sama membuka usaha roti”. Perbincangan mereka tak berhenti di situ saja. Mereka saling bertukar cerita mengenai suasana di desa dan di kota.
Setelah puas berbincang-bincang Lisa mengajak Putri beserta Radit ke toko roti miliknya. “Dimana toko roti milikmu Lis?”. “Mari mbak ikut saya”. Toko roti milik Lisakurang lebih 100 meter tidak jauh dari rumahnya. Sesampainya di lokasi, Putri membantu Lisa membuka toko di bantu dengan Radit. Sementara Lisa menyiapkan segala kebutuhan untuk membuat roti. Dia sudah rindu dengan hobinya itu dan tidak sabar untuk menjualnya.
Tiba-tiba terlintas di pikiran Putri untuk menjalin kerja sama dengan Lisa. “Eh Lis setelah aku pikir-pikir kalau kita mengadakan kerja sama untuk usaha roti ini, bagaimana menurutmu?”. Lisa masih keheranan. Putri pun menjelaskan lebih detail lagi. “Begini loh Lis, supaya usaha roti kita lebih berkembang lagi, aku mau mengadakan kerja sama denganmu.
Roti buatan mu bisa di jual di kedai ku juga. Siapa tahu kamu bisa membuka kedai roti di kota seperti impianmu itu”. Lisa pun terdiam dan berpikir sejenak. “Iya juga ya mbak, ada bagusnya juga ide mbak Putri”. Tidak berpikir panjang Lisa pun menyetujui nya. “Baiklah saya setuju”. Kerja sama itu akhirnya mereka berdua sepakati. Akhirnya Kerja keras Lisa selama ini membuahkan hasil.
Baiklah, setelah membaca cerpen persahabatan tersebut kesan apa yang terngiang di hati sobat? Silakan untuk memberikan tanggapan, kritik, dan saran pada kolom komentar yang sudah disediakan. Sampai jumpa.
Post a Comment for "Cerpen Bertema Persahabatan - Hari yang Kutunggu"