Jenis-Jenis Inflasi dan Cara Menghitung Inflasi
Inflasi
adalah proses kenaikan harga-harga umum
barang-barang secara terus-menerus. Ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai
macam barang itu naik dengan prosentase yang sama (Nopirin, 2000:25). Mungkin
dapat terjadi kenaikan namun tidak bersamaan, yang penting terdapat kenaikan
harga umum barang secara terus-menerus selama satu periode tertentu.
Kenaikan
yang terjadi hanya sekali saja meskipun dengan prosentase yang cukup besar bukan
merupakan inflasi. Ackley dalam Iswardono (1989:162) mendefisikan inflasi
adalah suatu kenaikan harga yang terus-menerus dari barang-barang dan jasa
secara umum (bukan satu macam barang saja dan sesaat).
Baca Juga :
Inflasi
dalah kenaikan tingkat harga rata-rata untuk semua barang dan jasa. Inflasi
terjadi bila tingkat harga rata-rata dari semua harga barang dalam suatu
perekonomian mengalami kenaikan. Dalam keadaan ini, mungkin harga sebagian
barang dan jasa tertentu menurun, akan tetapi secara keseluruhan tingkat harga
rata-rata bertendensi meningkat (Puspopranoto, 2004:88).
Pengukuran
Inflasi
Rahardja (2005:184) menyatakan ada
beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan untuk mengetahui laju inflasi
selama satu periode tertentu yaitu:
Indeks
Harga Konsumen (Consumer Price Index)
Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah
indeks yang menunjukan tingkat harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen
dalam suatu periode tertentu. Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga-harga
barang dan jasa utama yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu.
Masing-masing barang dan jasa tersebut diberi bobot berdasarkan tingkat
keutamaannya. Barang dan jasa yang dianggap paling penting diberi bobot paling
besar.
Inflasi=
Indeks
Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price Index)
Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)
melihat inflasi dari sisi produsen. Oleh karena itu IHPB sering juga disebut
sebagai indeks harga produsen (producer price index). IHPB menunjukkan tingkat
harga yang diterima produsen pada berbagai tingkat produksi.
Inflasi
=
Indeks
Harga Implisit (GDP Deflator)
Indeks Harga Implisit (GPD Deflator) disingkat IHImemberikan
gambaran inflasi yag paling mewakili keadaan sebenarnya. Perhitungan inflasi
berdasarkan IHI dilakukan dengan menghitung perubahan angka indeks.
Inflasi
=
Formula yang digunakan Badan Pusat
Statistik (BPS) untuk menghitung IHK adalah dengan formula Laspeyers (Widodo,
2002:258)
I(t)
= %
Dimana:
I(t) = indeks pada periode (tahun
atau bulan) t
Pi(t) =harga barang/jasa jenis i pada
periode t
Pi(0) =
harga barang/jasa jenis i (yang dikonsumsi) pada periode t (ada n jenis)
Qi(t) =harga
barang/jasa jenis i (yang dikonsumsi) pada periode dasar.
Pi(t)/Pi(0) = harga relatif pada periode t terhadap
periode dasar
Berdasarkan
perhitungan IHK di atas besarnya inflasi pada tahun tertentu, misalnya dapat
dihitung dengan cara berikut:
INF
(%) =
Dimana:
INF(%) =
tingkat inflasi pada periode (tahun atau bulan) dalam persen
I(t) = indeks pada periode (tahun
atau bulan) t
I(t-1) = indeks pada periode (tahun
atau bulan)
JENIS INFLASI
Nopirin (2000:7) membedakan inflasi
menjadi dua jenis yaitu:
Berdasarkan sifatnya, inflasi dibedakan menjadi:
Inflasi
merayap (creeping inflation)
Biasanya creeping inflation ditandai
dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% per tahun). Kenaikan hrga
berjalan sangat lambat, dengan prosentase yang kecil serta dalam jangka waktu
yang relatif sama.
Inflasi
menengah (galloping inflation)
Inflasi menengah ditandai dengan
kenaikan harga tyang cukup besar (biasanya duoble
digit atau triple digit) dan
kadang kala berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat
akselerasi. Artinya harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/atau
bulan laludan seterusnya. Efeknya terhadap perkonomian lebih berat daripada
inflasi yang merayap (creeping inflation).
Baca Juga :
Inflasi
berat (hyper inflation)
Inflasi ini merupakan yang paling parah
akibatnya. Harga-harga naik sampai 5-6 kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan
menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin ditukarkan
dengan barang. Perputaran uang makin cepat, harga naik secara akselerasi.
Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran
bealnja (misalnya ditimbulkan oleh adanya perang) yang dibelanjai/ditutup
dengan mencetak uang.
Berdasarkan
sebabnya, inflasi dibedakan menjadi:
Demand-pull Inflation
Inflasi
yang terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total (agregat demand) yangberlebihan sementara produksi (supply)telah berada pada keadan
kesempatan kerjayang penuh dan tidak mungkin meningkat lagi sehingga penambahan
permintaan hanya akan menyebabkan terjadinya perubahan peningkatan harga.
Cost-push
Inflation
Inflasi
ini biasanya ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. Jadi
inflasi ini dibarengi dengan resesi. Keadaan ni timbul biasanya dimulai dengan
adanya penurunan dalam penawaran total (agregate
supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
inflasi bisa menguntungkan dan juga bisa merugikan. Inflasi yang rendah (kurang
dari 5% setahun) dianggap sehat dan menguntungkan bagi pengusaha. Kondisi ini
akan mendorong pengusaha untuk memperluas produksinya dan membuka peluang kerja
sehingga mengurangi jumlah pengangguran. Namun inflasi dapat berakibat buruk
jika terjadi hiperinflasi karena tidak mendorong usaha untuk meningkatkan
produktivitas.
DAFTAR RUJUKAN
Nopirin.
1988.Ekonomi Moneter
Buku 2. Yogyakarta:
BPFE
Puspopranoto, Sawaljo. 2004. Keuangan Perbankan dan
Pasar Keuangan. Jakarta: LPES
Post a Comment for "Jenis-Jenis Inflasi dan Cara Menghitung Inflasi"