Pengertian Cerita Rakyat
Kebudayaan meliputi
segala realisasi manusia, termasuk di dalamnya adalah karya sastra. Karya
sastra merupakan hasil dari kreativitas manusia baik secara tertulis maupun
secara lisan. Karya sastra yang tertulis misalnya prosa, cerita pendek, cerita
bersambung, novel dan lain-lain, sedangkan karya sastra lisan adalah karya
sastra yang diwariskan turun-temurun secara lisan, dan salah satu jenis karya
sastra lisan adalah cerita rakyat.
Cerita rakyat merupakan bagian dari foklor. Menurut Danandjaja (2002: 2) foklor adalah
sebagian dari kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan secara
turun-temurun di antara kolektif macam apa saja secara tradisional dalam versi
yang berbeda baik dalam bentuk lisan maupun disertai contoh dengan gerak
isyarat atau alat bantu pengingat.
Baca Juga :
Cerita
rakyat adalah salah satu bentuk dari
prosa lama yang terdiri atas unsur intrinsik dan juga unsur ekstrinsik. Unsur
intrinsik pada cerita rakyat meliputi tema, tokoh, latar dan amanat. Salah satu
unsur intrinsik pembangun cerita rakyat yang menonjol adalah tokoh. Tokoh adalah pelaku yang menengemban
peristiwa dalam cderita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu
cerita (Aminnudin, 2004:79).
Pada umumnya, cerita rakyat mengisahkan tentang
suatu kejadian di suatu tempat atau asal muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh yang
dimunculkan dalam cerita rakyat umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang,
manusia maupun dewa. Fungsi Cerita rakyat selain
sebagai hiburan juga bisa dijadikan suri tauladan terutama cerita rakyat yang mengandung pesan-pesan pendidikan moral. Senada dengan pernyataan sebelumnya,
Danandjaja (2002:4) menyatakan bahwa fungsi dari cerita rakyat yaitu sebagai
alat pendidik, pelipur lara, protes sosial dan proyeksi keinginan terpendam.
Dengan demikian, cerita rakyat sangatlah efektif di dalam membentuk karakter mulia,
wahana penyambung budi pekerti asli bangsa kepada generasi bangsa.
Cerita rakyat tidak saja
merefleksikan nilai-nilai sosial budaya masyarakat dahulu, tetapi juga
mengantarkan nilai-nilai itu kepada masyarakat sekarang. Hal itu disebabkan
cerita pada satu generasi diwariskan dari cerita masyarakat sebelumnya (Nurgiyantoro,
2005: 117). Dengan memahami dan menceritakan kembali cerita-cerita lama kepada
anak-anak, maka proses pewarisan nilai-nilai luhur dan nilai-nilai moral budaya
Indonesia yang terkandung di dalamnya akan tetap hidup, serta menumbuhkan
kecintaan akan tanah air terutama pada budaya sendiri kepada setiap generasi.
Baca Juga :
Penjelasan tersebut menggambarkan
peran penting cerita rakyat sebagai sarana komunikasi antargenerasi dan
pengembangan pengetahuan di dalam masyarakat yang bersifat homogen mengingat di
masa globalisasi ini semakin banyak produk budaya Indonesia diambil oleh
negara-negara lain (Djamaris, 2011:151). Untuk itu salah satu usaha yang perlu
dilakukan dalam rangka pelestarian cerita rakyat adalah pengenalan serta
penggunaan cerita rakyat dalam pembelajaran sastra di sekolah-sekolah.
Pembelajaran sastra merupakan wahana efektif bagi
pengembangan dan pendidikan karakter siswa. Kegiatan pembelajaran sastra
tersebar menjadi empat ranah ketrampilan, yakni mendengarkan, berbicara,
membaca, dan menulis. Dalam pembelajaran sastra di sekolah khususnya tingkat
SMA, terdapat tuntutan capaian kompetensi sastra. Salah satunya kemampuan
mengapresiasi prosa, baik prosa lama maupun prosa baru.
Kemampuan apresiasi sastra adalah kemampuan memahami,
menikmati, menghayati dan memberikan penilaian terhadap karya sastra (Aminudin,
1990:205). Apabila disuguhkan dengan baik, cerita rakyat bisa menjadi materi
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa. Kegiatan mengapresiasi
cerita rakyat berarti mengenalkan para siswa pada berbagai karakter yang
sebagian besar merupakan refleksi dari realitas kehidupan bangsanya secara
asli.
Lihat Juga : Komponen Majalah Dinding
Dengan mengapresiasi karya sastra berupa cerita rakyat
khususnya pada unsur intrinsik berupa tokoh diharapkan siswa dapat menghayati
dan meneladani tokoh tersebut dengan baik. Hal ini dikarenakan tokoh cerita
mempunyai posisi startegis sebagai pembawa dan penyampaian pesan, amanat,
moral atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca (Wirwan:2009). Hal inilah secara tidak langsung merupakan sarana
mendidik karakter siswa mengingat permasalah karakter siswa menjadi pembicaraan
hangat dalam dunia pendidikan di
Indonesia saat ini (Suyatno, 2011: 268). Dengan demikian, pembelajaran
mengapresiasi tokoh cerita rakyat sangat efektif dalam membentuk
DAFTAR RUJUKAN
Aminuddin.
1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra.
Bandung: Sinar Baru.
Nurgiyantoro,
B. 2005. Sastra Anak: Pengantar Pemahaman
Dunia Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Suyatno. 2011.
Nilai Karakter Anak Dalam Novel Karya
Anak Usia 10 Tahun. Jurnal Penelitian Sastra Atavisme, 2(4): 268:278
Post a Comment for "Pengertian Cerita Rakyat"