Quantum Learning :Asas, Prinsip, dan Bentuk Quantum Learning
Quantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov,
seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang
disebutnya sebagai suggestology.
Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat mempengaruhi hasil situasi belajar, dan
setiap detail apa pun memberkan sugesti positif ataupun negatif.
Istilah lain yang dapat dikaitkan
dengan suggestology adalah
“pemercepatan belajar” yang didefinisikan sebagai “memungkinkan siswa untuk
belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan” (De
Porter, 2002:14). Pembelajaran kuantum sesungguhnya
merupakan ramuan atau rakitan dari berbagai teori atau pandangan psikologi
kognitif dan pemrograman neurologi/neurolinguistik yang jauh sebelumnya sudah
ada.
Lihat Juga : Strategi, teknik, metode pembelajaran
Di samping itu, ditambah dengan
pandangan-pandangan pribadi dan temuan-temuan empiris yang diperoleh DePorter
ketika mengembangkan konstruk awal pembelajaran kuantum.
Secara
sederhana, pembelajaran kuantum dapat diartikan sebagai pembelajaran yang
mengorkestrasikan berbagai interaksi menjadi cahaya yang melejitkan prestasi
siswa, dengan menyingkirkan hambatan belajar melalui penggunaan cara dan alat
yang tepat, sehingga siswa dapat belajar secara mudah dan alami. Pembelajaran
kuantum ini dirancang berdasarkan tiga hal, yaitu: asas utama, prinsip-prinsip,
dan model(bentuk). Berikut uraiannya.
ASAS UTAMA
QUANTUM LEARNING
Asas utama pembelajaran kuantum adalah Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan
Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka. Konsep “Bawalah Dunia Mereka ke
Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka” mengandung konsekuensi
bahwa langkah pertama yang harus dilakukan guru dalam pelaksanaan
pembelajaran adalah membangun jembatan autentik memasuki kehidupan siswa, untuk
mendapatkan hak mengajar dari mereka.
Baca Juga :
Caranya yaitu
dengan mengaitkan apa yang diajarkan guru dengan peristiwa, pikiran atau
perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni,
rekreasi atau akademik siswa. Setelah kaitan terbentuk, guru dapat menerapkan
konsep “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita”. Dalam konteks inilah materi
pelajaran dibeberkan: kosa kata baru, model mental, rumus, dan lain-lain.
PRINSIP-PRINSIP QUANTUM LEARNING
Setidaknya ada tiga macam prinsip utama
yang membangun sosok pembelajaran kuantum. Ketiga prinsip utama yang dimaksud
sebagai berikut.
a)
Bawalah dunia mereka
(Pebelajar) ke dalam dunia kita (Pengajar) dan antarkan dunia kita (Pengajar)
ke dalam dunia mereka (Pebelajar)
b)
Proses pembelajaran
merupakan permainan orkestra simfoni
c)
Pembelajaran harus
berdampak bagi terbentuknya keunggulan
BENTUK QUANTUM
LEARNING
Bentuk Pembelajaran
Kuantum dibagi
menjadi dua
kategori, yaitu: konteks dan isi. Konteks adalah kondisi yang disiapkan bagi
penyelenggaraan pembelajaran yang berkualitas berdasarkan kerangka pembelajaran
kuantum. Penyiapan kondisi ini meliputi orkestrasi: suasana yang menggairahkan,
landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan pengajaran yang
dinamis.
Isi merupakan penyajian materi pelajaran yang
menerapkan kerangka pembelajaran kuantum.
Dalam
pembelajaran kuantum terdapat beberapa model pembelajaran yang sudah banyak
dikembangkan yang nantinya memberikan pengalaman baru
dalam proses pembelajaran. Aktualisasi
strategi pembelajaran terwujud dalam bentuk interaksi pembelajaran yang sedang
berlangsung di kelas. Interaksi yang dimaksud adalah berbagai aktivitas guru
dan siswa dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran.
Baca Juga :
Hal tersebut sejalan dengan
Saputro (2005:7) yang mengemukakan bahwa strategi merupakan seni untuk
merencanakan dan menyelenggarakan pembelajaran yang meliputi seluruh komponen
yang terkait dengan kegaiatan pembelajaran.
Strategi pembelajaran berhubungan dengan tahapan-tahapan yang dipilih guru
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Bertolak
dari pendapat tersebut, strategi pembelajaran harus direncanakan secara matang karena tanpa strategi yang
matang, pengajaran menulis puisi hanya akan membuang waktu sehingga kemungkinan
besar pembelajaran menulis puisi yang
telah dilaksanakan tidak berdampak apa-apa pada subjek didik.
Oleh
karena itu, hal-hal yang berkaitan dengan prinsip, tujuan, tata cara pemilihan
bahan, penyajian hingga pada tahap evaluasi hendaknya tertata rapi. Jika di
antara unsur pembelajaran tersebut ada salah satu yang ditinggalkan, hasil
pembelajaran pun juga kurang memuaskan.
Dalam
pembelajaran kuantum mengajarkan berbagai keterampilan, baik berbicara, membaca,
maupun menulis. Bobbi De Porter (2002:179) mengatakan, menulis adalah aktivitas
seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak
kiri (logika). Ia berpendapat bahwa
pikiran adalah tempat penyimpanan ide-ide panas, bergejolak, mendidih, yang
meletup-letup untuk dapat bebas keluar.
Artikel
Lainnya :
Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk
menuangkan berbagai elemen yang ada dalam pikiran tersebut menjadi sebuah
tulisan diperlukan sebuah strategi.
Dalam
bukunya Quantum Learning, De Porter
mengelompokkan teknik menulis dalam tiga macam, yaitu (1) pengelompokan
(clustering), (2) menulis cepat (fast writing), (3) menunjukkan bukan
memberitahukan (show not tell). Konsep yang dipakai dalam strategi pembelajaran
menulis puisi ini adalah adaptasi dari salah satu teknik menulis dalam
pembelajaran kuantum, yakni adaptasi dari teknik menunjukkan bukan
memberitahukan (show not tell).
Strategi adaptasi pembelajaran kuantum ini menjelaskan
bahwa penjelasan yang hidup adalah alat
yang ampuh bagi penulis. Strategi ini bertujuan ketika kita menulis puisi,
diharapkan penulis akan mampu mengembangkan gambaran visual dalam benak pembaca
dan mengubah imajinasi yang kering menjadi ilustrasi yang mempesona. Sehingga
pembaca tidak akan membaca dan memahami saja, tetapi mereka akan menghubungkan
dan bereaksi.
Baca
Juga :
Konsep
strategi ini mengambil dari tahapan menulis yang lengkap dalam pembelajaran
kuantum, berikut tahapannya: (1) persiapan, mengelompokkan dan menulis cepat,
(2) draft kasar, gagasan dieksplorasi dan dikembangkan, (3) berbagi, seorang
rekan membaca draft tersebut dan
memberikan umpan balik, (4) memperbaiki, dari umpan balik, perbaiki tulisan
tersebut dan bagikan lagi, (5) penyuntingan, perbaiki semua kesalahan, tata
bahasa, dan tanda baca, (6) penulisan kembali, masukkan isi yang baru dan
perubahan penyuntingan, (7) evaluasi, periksa apakah tugas ini sudah selesai.
Dari
tahapan-tahapan menulis di atas masih terlalu umum karena sifatnya berlaku
untuk semua tulisan, sehingga tahapan tersebut diadaptasi dan dikembangkan
dikhususkan untuk pembelajaran menulis puisibaru. Hasil adaptasi yang
dikembangkan untuk pembelajaran menulis puisi baru adalah sebagai berikut.
1)
Tahap persiapan diubah menjadi dua tahap, yaitu mengamati dan membimbing. Tahap mengamati
memberikan gambaran awal kepada siswa tentang puisi apa yang akan mereka tulis.
Pada tahap ini guru memberikan contoh-contoh gambar yang ditayangkan dalam
slide di depan kelas untuk dijadikan tema. Sedangkan tahap membimbing sebagai awal langkah siswa untuk menentukan tema apa
yang akan mereka pilih dalam membuat puisi baru dengan bantuan bimingan guru.
2)
Tahap berbagi dan draft kasar
diubah menjadi mengonkretkan, karena pada tahap berbagi dan draft kasar
sama-sama memiliki fungsi yang sama yaitu untuk menggali dan menemukan
pengetahuan dan pikiran-pikiran atau imajinasi yang akan dituangkan dalam
bentuk puisi baru. Tahap mengonkretkan
ini dimaksudkan untuk lebih memperkuat daya imaji mereka sehingga akan lebih
mudah menuangkannya dalam bentuk tulisan, yakni setiap pilihan kata dalam larik
puisi.
3)
Pada tahap memperbaiki diubah menjadi menulis. Tahap ini siswa memulai proses
menulis puisi baru dari hasil mengonkretkan kata pada tahap sebelumnya.
Lihat Juga : Jenis-Jenis Tes Soal Objektif
4)
Selanjutnya tahap penyuntingan dan penulisan kembali sebenarnya sama-sama memiliki tujuan untuk
merevisi hasil tulisan sementara. Sehingga pada tahap ini diubah menjadi tahap menyunting.
5)
Yang terakhir adalah tahap evaluasi yang diubah menjadi tahap merayakan, karena merayakan merupakan kegiatan yang dilakukan pada akhir pembelajaran
untuk menghargai hasil karya siswa. Hal ini disesuaikan dengan salah satu
prinsip pembelajaran kuantum bahwa sekecil apapun atas usaha yang dikerjakan
oleh siswa harus diberikan penghargaan.
DAFTAR
RUJUKAN
De Porter, Bobbi dan Mike
Henarcki. 2000. Quantum Learning.
Jakarta:Gramedia
Sudijono, Anas. 2000. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Post a Comment for "Quantum Learning :Asas, Prinsip, dan Bentuk Quantum Learning"