Dongeng : Ciri-Ciri dan Jenis Dongeng
Ada
beberapa hal yang terjadi di masa kecil tapi tidak bisa terlupakan sampai masa
dewasa. Salah satu hal yang mungkin umum terngiang di pikiran sobat adalah ketika orang tua kita menceritakan
atau membacakan dongeng sebelum tidur. Tapi tahukah sobat bahwa ciri-ciri dan
jenis-jenis dongeng itu beragam? Untuk selengkapnya silakan perhatikan
penjelasan berikut.
Ciri-Ciri dan Jenis-Jenis Dongeng
Dongeng
pada umumnya berkembang secara lisan, dari cerita seseorang ke orang lain, dari
pencerita dongeng ke pendengar dongeng, dan tidak jelas siapa pengarangnya.
Dongeng biasanya ditambahi hal-hal yang tidak masuk akal atau tidak mungkin
terjadi. Menurut Pujiariani (2011), ciri-ciri cerita rakyat ada dua, yaitu
disampaikan secara lisan dan pengarangnya tidak diketahui. Wibisono (2009)
mengatakan bahwa seperti halnya prosa
lama lainnya dongeng juga mempunyai ciri-ciri.Ciri-ciri tersebut ada enam.
Dipengaruhi oleh agama Hindu atau Islam
Karena dongeng sudah ada sejak zaman
dahulu, maka dongeng yang ada di Indonesia dipengaruhi oleh dua agama yang
berkembang pesat pada zaman dahulu, yaitu agama Hindu dan agama Islam.
Hal ini disebabkan karena dongeng yang
disampaikan berhubungan dengan pesan moral
atau amanat untuk melakukan kebaikan sesuai ajaran agama. Dongeng “Bujang
Munang” dipengaruhi agama Hindu. Hal tersebut dapat dilihat pada akhir cerita
yaitu ketika para dewa marah pada Bujang Munang yang menikahi ibunya.
Banyak terdapat pepatah atau petitih
Pepatah atau petitih yang ada di dalam dongeng turut membangun kesatuan isi
dongeng. Pesan dalam dongeng juga dapat diambil dari pepatah. Pepatah “setinggi-tinggi
terbang bangau akhirnya pulang juga” dapat disimpulkan dari dongeng “Jaka
Tarub” ketika Nawangwulan akhirnya kembali ke kayangan.
Menggunakan bahasa klise
Dongeng
cenderung menggunakan bahasa klise,
meskipun tidak semua
menggunakannya.
Ada beberapa dongeng yang menggunakan
kosa kata bahasa daerah di kalimat-kalimat tertentu untuk memberikan penegasan
atau memang dalam bahasa Indonesia tidak ada padanan kata yang tepat, contohnya
kata mak dan mbok, meskipun mempunyai padanan kata, yaitu ibu tetapi kurang
tepat untuk menggambarkan tokoh yang dimaksud. Bahasa klise yang sering digunakan, misalnya “Pada zaman dahulu, …”
dan “A dan B hidup rukun selamanya”.
Bersifat kurang dinamis
Dongeng kebanyakan memang kurang dinamis
atau kurang berkembang. Isinya hanya seputar tokoh protagonis dan antagonis
saja. Tokoh protagonis diceritakan menang dan tokoh antagonis kalah di akhir cerita.
Contohnya pada dongeng “Bawang Merah
dan Bawang Putih”, Bawang Merah yang jahat diceritakan mati sedangkan Bawang
Putih yang baik hati diceritakan hidup bahagia.
Nama pengarang tidak tertulis (Anonim)
Karena penyebarluasan dongeng dilakukan
secara lisan, maka dongeng yang ada saat ini anonim, tidak diketahui nama pengarangnya. Pencerita dongeng hanya
mengetahui bahwa dongeng itu diceritakan secara turun-temurun dari nenek moyang
mereka. Dongeng “Ande-Ande Lumut”, “Jaka Tarub”, “Bawang Merah dan Bawang
Putih”, dan “Joko Kendil” tidak diketahui siapa yang mengarang dongeng
tersebut.
Isi banyak khayalan
Kebanyakan isi dongeng hanya khayalan saja, tidak faktual atau tidak benar-benar terjadi.
Dongeng berisi khayalan ini mengandung
amanat atau pesan moral yang ingin
disampaikan pencerita dongeng kepada pendengar atau pembaca dongeng. Misalnya
pada dongeng “Joko Kendil” tidak mungkin di dunia nyata ada seorang pangeran
gagah yang bisa keluar masuk kendi kecil.
Ciri-ciri
dongeng yang lain menurut Rusyana dkk (2000 dalam Hidayat, 2012) adalah sebagai
berikut.
1) Dongeng
merupakan cerita tradisional yang terdapat di masyarakat sejak zaman dahulu. Hal
tersebut benar karena sejak kapan dongeng itu diceritakan secara lisan tidak
ada yang tahu, tetapi ada kemungkinan dongeng diceritakan sejak manusia mengenal
bahasa.
2) Peristiwa
yang diceritakan menggambarkan peristiwa dahulu kala. Kejadian-kejadian dalam
dongeng kebanyakan adalah peristiwa masa lalu, masa yang sudah lewat, dan
sekarang tidak terjadi lagi. Misalnya dongeng “Ande-Ande Lumut” yang
menceritakan seorang pangeran yang mengadakan sayembara mencari istri. Hal itu
zaman sekarang sudah tidak ada lagi.
3) Pelakunya
dibayangkan manusia biasa seperti dalam kehidupan sehari-hari. Dalam dongeng
binatang, binatang yang menjadi tokoh utama seperti kancil diceritakan dapat
berbicara dan melakukan aktivitas seperti manusia.
4) Perbuatan
yang dilakukan oleh pelaku kebanyakan perbuatan biasa, akan tetapi ada juga
yang melakukan hal-hal luar biasa atau keajaiban.
Dalam dongeng “Jaka Tarub” diceritakan bahwa istri Jaka Tarub yang bernama
Nawangwulan dapat menanak nasi yang banyak hanya dengan sebutir beras.
5) Latar
cerita dapat berupa tempat biasa yang ada di bumi ini atau juga latar yang
bukan merupakan tempat biasa seperti kayangan
atau tempat tinggal makhluk halus. Latar kayangan
terdapat pada dongeng “Jaka Tarub” meskipun tidak diceritakan dengan jelas,
hanya diceritakan bahwa Nawangwulan berasal dari kayangan.
6) Oleh
masyarakatnya dongeng tidak diperlakukan sebagai sesuatu yang pernah terjadi
dan sebagai sesuatu kepercayaan. Dongeng hanya dijadikan cerita saja, berbeda
dengan legenda yang diyakini pernah terjadi. Dongeng “Ande-Ande Lumut” dan
“Joko Kendil” misalnya, hanya diyakini sebagai cerita saja dan tidak
benar-benar terjadi.
Ciri-ciri yang lain yang disebutkan
oleh Sacunder07 (2011), yaitu bersifat anonim,
artinya nama pengarang tidak ada, bersifat komunal,
artinya cerita rakyat masyarakat secara kolektif,
dan berkembang dari mulut ke mulut.
Dari beberapa ciri-ciri dongeng di atas, dapat
disimpulkan bahwa ciri-ciri dongeng di antaranya adalah banyak menggunakan bahasa klise, anonim, jalan cerita kurang dinamis, isi cerita banyak yang berisi
hal-hal khayal, dan dongeng
diceritakan secara lisan
Jenis-Jenis Dongeng
Pada postingan terdahulu, Artikel Kami sudah pernah membahas mengenai pengertian cerita rakyat dan juga jenis-jenis cerita rakyat. Kali ini yang akan dibahasa adalah mengenai jenis-jenis dongeng. Di dalam buku The Types of the Folktale (1964: 19-20 dalam Danandjaja, 2002:
86-139), Anti Aarne dan Stith Thompson telah membagi jenis-jenis dongeng ke
dalam empat golongan besar, yaitu dongeng binatang (animal tales), dongeng biasa (ordinary
folktales), lelucon dan anekdot (jokes
and anecdotes), dan dongeng berumus (formula
tales).
Dongeng Binatang (animal tales)
Dongeng binatang adalah dongeng yang
ditokohi binatang peliharaan dan binatang liar, seperti binatang menyusui, burung,
binatang melata (reptilia), ikan, dan serangga. Binatang-binatang itu dalam
cerita jenis ini dapat berbicara dan berakal budi seperti manusia. Contoh
dongeng binatang yang terkenal adalah Sang Kancil dan Harimau, Sang Kancil dan
Buaya, dan Sang Kancil sebagai Penengah.
Dongeng Biasa (ordinary folktales)
Dongeng biasa adalah jenis dongeng
yang ditokohi manusia dan biasanya adalah kisah suka duka seseorang. Contoh dongeng
biasa antara lain Ande-Ande Lumut, Joko Kendil, Bujang Munang, Bawang Merah dan
Bawang Putih, Jaka Tarub, dan lain-lain.
Lelucon dan Anekdot (Jokes and Anecdotes)
Lelucon dan anekdot adalah
dongeng-dongeng yang dapat menimbulkan rasa menggelikan hati, sehingga
menimbulkan ketawa bagi yang mendengarnya maupun yang menceritakannya. Walaupun
demikian bagi kolektif atau tokoh
tertentu, yang menjadi sasaran dongeng itu, dapat menimbulkan rasa sakit hati.
Contoh lelucon dan anekdot adalah cerita tentang Pak Pandir yang ingin
menghadiri acara hajatan di dua tempat sekaligus untuk mendapatkan tiga kepala
kambing tetapi akhirnya tidak mendapatkan apa-apa karena Pak Pandir datang
terlambat.
Dongeng Berumus (Formula Tales)
Dongeng berumus adalah dongeng-dongeng yang
stukturnya terdiri atas pengulangan.
Semoga penjelasan mengenai ciri-ciri dan jenis dongeng dapat dipahami oleh sobat semuanya. Silakan berkomentar manakala ada kritik dan saran pada kolom yang tersedia. Sampai jumpa!
DAFTAR RUJUKAN
Danandjaja,
James. 2002. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain. Jakarta:
PT Pustaka Utama Grafiti.
Poerwadarminta,
W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Post a Comment for "Dongeng : Ciri-Ciri dan Jenis Dongeng"